10.270 Hektare Lahan untuk Cetak Sawah di Palangka Raya, Sebagian Besar Hutan
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com - Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), mendapat 10.270 hektare (ha) lahan untuk cetak sawah dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI.
Ibu Kota Kalteng ini ditargetkan dapat menjadi salah satu daerah penyangga pangan bagi Ibu Kota Nusantara (IKN).
Palangka Raya merupakan satu dari sekian daerah di Kalteng yang juga difokuskan untuk menjalankan program pertanian cetak sawah, selain dua daerah sentra produksi padi "food estate" seperti Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Palangka Raya, Sugiyanto menjelaskan, dari 10.270 ha tersebut, setelah diidentifikasi, terdapat seluas 4.297 ha yang bukan kawasan hutan dan langsung bisa diperuntukkan untuk kawasan pertanian.
“Sisanya masih berstatus ada yang masuk kawasan hutan, HPK, dan lain-lain, sehingga perlu dilakukan pelepasan status kawasan dulu jika ingin digunakan,” ujar Sugiyanto saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (5/12/2024).
Sugiyanto menjelaskan, 10.270 ha lahan itu tidak satu hamparan melainkan tersebar di lima wilayah kecamatan di kota setempat. Lahan itu khusus diberikan oleh Kementan RI untuk dilakukan pengembangan cetak sawah padi.
“Paling besar di Kecamatan Pahandut, Sebangau, dan Rakumpit, yang lainnya juga ada, tapi tidak sebesar ketiga kecamatan itu,” ucapnya.
Saat ini sedang dilakukan Survei Investigasi dan Desain (SID) dari Pemprov Kalteng dan Kementan untuk menyusun perencanaan pengembangan sawah di atas ribuan lahan tersebut.
“Tujuannya untuk mengetahui potensi lahan-lahan untuk dikembangkan sawah, sampai saat ini kami masih menunggu hasil SID untuk memperjelas berapa ha lahan yang bisa kami garap menjadi cetak sawah,” jelas dia.
Sugiyanto menjelaskan, ada kemungkinan proses SID bisa selesai pada akhir Desember 2024. Selesai diidentifikasi, pihaknya dapat mulai mengerjakan lahan pada tahun 2025.
“Tahap pertama nanti pengolahan lahan lebih dulu, tahap kedua baru penanaman, kami tunggu setelah SID selesai,” ujarnya.
Dalam menggarap lahan tersebut, pihaknya akan mengadopsi sistem mekanisasi pertanian. Karena menggunakan sistem itu, maka diupayakan minimal terdapat 200 ha lahan cetak sawah dalam satu hamparan yang bisa dikelola oleh petani milenial.
“Sistem pengerjaannya pihak ketiga, kami dari Palangka Raya hanya memberikan pendampingan penyuluh pertanian, babinsa, dan lurah,” jelas dia.
Lebih lanjut Sugiyanto menjelaskan, tujuan besar dari adanya program ini adalah untuk menjawab tantangan krisis pangan, di mana Indonesia masih mengimpor beras sekitar 3 juta ton per tahun.
“Dengan cetak sawah ini diupayakan bisa kembali swasembada pangan yang pernah terjadi 10 tahun lalu,” jelasnya.
Lahan cetak sawah yang ada di Kalteng, termasuk di Kota Palangka Raya, ditargetkan dapat memenuhi kebutuhan beras di IKN, di samping untuk kebutuhan daerah itu sendiri. Adanya kelebihan produksi beras dari Kalteng dapat diantar ke IKN.
“Karena penyangga pangan IKN kan memang diutamakan Kalteng, mengingat lahan cetak sawah yang besar di Indonesia itu banyak di Kalteng, selain di Papua,” jelasnya.