2 Hari Serangan Israel di Tengah Desakan Gencatan Senjata Gaza, 110 Orang Tewas

2 Hari Serangan Israel di Tengah Desakan Gencatan Senjata Gaza, 110 Orang Tewas

GAZA, KOMPAS.com - Otoritas kesehatan Palestina mengatakan, serangan udara Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 110 orang dalam dua hari terakhir.

Diketahui, peningkatan operasi dan korban terjadi di tengah desakan baru untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Gencatan senjata itu juga untuk memulangkan sandera Israel sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump menjabat pada 20 Januari 2025.

Mediator Israel dikirim untuk melanjutkan pembicaraan di Doha yang ditengahi oleh mediator Qatar dan Mesir dan pada Jumat.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang membantu menjadi penengah pembicaraan, mendesak Hamas untuk menyetujui kesepakatan.

Hamas mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mencapai kesepakatan tetapi tidak jelas seberapa dekat kedua belah pihak.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 40 orang tewas pada Jumat (3/1/2025) setelah 71 orang tewas sehari sebelumnya termasuk di Al-Mawasi.

Yakni sebuah wilayah di Gaza tengah yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman kemanusiaan oleh otoritas Israel.

Sementara Militer Israel mengatakan telah menyerang sekitar 40 titik kumpul Hamas serta pusat komando dan kendali.

Dikatakan telah mengambil banyak langkah untuk mengurangi risiko melukai warga sipil, termasuk menggunakan amunisi presisi, pengawasan udara, dan intelijen lainnya.

Mereka menuduh Hamas yang sebelumnya menguasai Gaza, menempatkan pasukan di wilayah sipil termasuk bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai sekolah, di mana dikatakan pasukan telah menemukan sejumlah senjata.

Namun, Hamas menolak tuduhan bahwa mereka sengaja menggunakan penduduk sipil untuk melindungi pasukannya.

Pada Jumat, militer memberi tahu warga sipil di wilayah Al Bureij di Gaza tengah untuk mengungsi menjelang operasi yang diperintahkan menyusul serangan roket dari wilayah tersebut.

Dikatakan penduduk harus pindah ke zona kemanusiaan demi keselamatan mereka sendiri, dikutip dari Reuters pada Sabtu (4/1/2025).

Di tempat lain, pasukan Israel telah memerangi pasukan Hamas yang bertahan di kota-kota di sekitar ujung utara daerah kantong itu selama sebulan terakhir dan terus menemukan gudang senjata dan infrastruktur bawah tanah, kata militer.

Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah berupaya memediasi kesepakatan untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera selama setahun tanpa hasil dan berupaya lagi bulan ini sebelum pelantikan Trump.

Upaya gencatan senjata terus-menerus terbentur pada ketidaksepakatan mendasar tentang cara mengakhiri konflik.

Hamas mengatakan akan menerima kesepakatan dan membebaskan para sandera hanya jika Israel berkomitmen untuk mengakhiri perang.

Israel mengatakan akan setuju untuk menghentikan pertempuran hanya setelah Hamas dihancurkan.

Pada Jumat, Hamas menginginkan gencatan senjata penuh, penarikan pasukan pendudukan dari Jalur Gaza dan pemulangan orang-orang terlantar ke rumah mereka di semua wilayah kantong itu.

Presiden AS Joe Biden telah berulang kali menyerukan perjanjian gencatan senjata.

Menurut Trump, jika tidak ada kesepakatan untuk membebaskan para sandera sebelum pelantikannya, maka semua kekacauan akan terjadi.

Pasalnya, Militer Israel telah memasuki hampir setiap bagian Gaza tetapi masih memerangi anggota Hamas yang melancarkan perang gerilya di seluruh reruntuhan daerah kantong kecil itu.

Sumber