2 Paslon Perempuan Perdebatkan Flyover Bandar Lampung, Benarkah Penyebab Macet?

2 Paslon Perempuan Perdebatkan Flyover Bandar Lampung, Benarkah Penyebab Macet?

LAMPUNG, KOMPAS.com - Pernyataan menarik muncul dalam debat pertama Pilkada Bandar Lampung 2024 pada Senin (28/10/2024) malam saat sesi tanya-jawab kedua paslon wali kota-wakil wali kota terkait cara mengatasi kemacetan.

Calon wali kota nomor urut 1, Reihana, menyebut keberadaan jalan layang (flyover) justru membuat kemacetan terjadi di saat-saat tertentu.

"Banyaknya jembatan (jalan) layang itu di saat tertentu justru itu menambah kemacetan," kata Reihana.

Atas pernyataan Reihana ini, calon wali kota nomor urut 2, Eva Dwiana, yang juga petahana, membantah dan mengatakan jalan layang itu justru kunci untuk mencegah kemacetan.

"Flyover itu kunci utama untuk mencegah kemacetan," katanya.

Bahkan, Eva merencanakan akan membangun dua jalan layang lagi di tahun 2025 jika kembali terpilih menjadi wali kota Bandar Lampung.

Berdasarkan data dari situs bandarlampungkota.go.id, dalam kurun waktu tujuh tahun sejak 2013 hingga 2020, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung telah membangun sebanyak 11 jalan layang di sejumlah ruas jalan nasional dan kota.

Rinciannya, flyover yang melintasi jalan kota antara lain flyover Jalan Gajah Mada yang melintasi Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Gatot Subroto (pembangunan tahun 2013), flyover Jalan Gajah Mada - Jalan P Antasari (2016), dan flyover Jalan ZA Pagar Alam - Jalan Teuku Umar (2018).

Kemudian, flyover Jalan Pramuka - Jalan Teuku Cik Ditiro (2018), dan flyover Jalan Pramuka - Jalan Indra Bangsawan (2018) serta flyover Jalan Sultan Agung (2020).

Sedangkan jalan layang yang melintasi jalan nasional atau Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) antara lain flyover Jalan Sultan Agung - Jalan Ryacudu (tahun 2013), flyover Jalan P Antasari - Jalan P Tirtayasa (tahun 2013), dan flyover Jalan Kimaja - Jalan Ratu Dibalau (2015).

Lalu, flyover Jalan Untung Suropati - Jalan RA Basyid (2019), dan flyover Jalan Abdul Haq - Jalan Komarudin (2020).

Dari 11 jalan layang tersebut, berdasarkan pantauan Kompas.com pada Selasa (29/10/2024), terdapat beberapa flyover yang berada di lokasi yang justru menjadi simpul kemacetan.

Di antaranya flyover Jalan Pramuka - Jalan P Indra Bangsawan yang berada di Kecamatan Rajabasa.

Lokasi jalan layang ini bermuara di jalan tingkat kecamatan yang hanya memiliki dua jalur.

Arus lalu lintas menjadi padat karena volume kendaraan dari arah Jalan Pramuka tidak mampu ditampung oleh jalan kecil tersebut.

Kemacetan sering terjadi karena arus kendaraan saling tumpang tindih di pertigaan flyover, baik itu dari maupun ke arah jalan layang itu.

Kemudian, flyover Jalan ZA Pagar Alam - Jalan Teuku Umar yang biasa disebut "flyover MBK" juga sering mengalami kemacetan di jam sibuk pada pagi dan sore hari.

Letak jalan layang ini termasuk unik karena masih berada satu radius dengan flyover Jalan Sultan Agung yang hanya berjarak sekitar 500 meter.

Terdapat beberapa sumber kemacetan di area flyover ini, yaitu arus lalu lintas dari Jalan Pagar Alam (Gang PU), akses keluar Mall Boemi Kedaton (MBK), SPBU, dua buah U-Turn, jalur ke arah Jalan Sultan Agung, area kampus, dan kompleks ruko.

Santo (28), salah seorang pengemudi ojek online (ojol) yang sering menunggu order di seputaran flyover MBK, membenarkan lokasi itu rawan kemacetan.

"Yang pasti macet itu pagi pas anak sekolah sama sore pas orang pulang kerja," kata Santo saat ditemui, Selasa (29/10/2024) pagi.

Dia mengungkapkan, kemacetan paling parah biasanya terjadi pada sore hari.

Dari pengalamannya, kemacetan disebabkan arus keluar kendaraan dari MBK dan arus dari Gang PU.

Arus kendaraan dari Jalan Sultan Agung menumpuk karena hendak berputar arah ke Jalan ZA Pagar di bawah flyover dan terhambat arus keluar dari mall.

Begitu juga dengan arah sebaliknya.

"Lihat aja, Mas. Jalan di samping flyover itu kan sempit, dari arah (Tanjung) Karang ramai yang mau ke Gang PU, yang dari Gang PU juga ramai, jadi ngunci," kata dia.

Keruwetan arus lalu lintas di area flyover MBK ini juga membuat pusing Satlantas Polresta Bandar Lampung.

Bahkan, untuk mengatasi kemacetan di lokasi ini, Satlantas Polresta Bandar Lampung sempat mengadakan rakor bersama Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan pada 10 Oktober 2024 lalu.

Kepala Satlantas Polresta Bandar Lampung, Komisaris Polisi (Kompol) Ridho Rafika, mengatakan lokasi flyover MBK adalah salah satu titik krusial kemacetan di jalan protokol.

Dia menambahkan, pihaknya mengusulkan pemasangan lampu lalu lintas (traffic light) di persimpangan MBK itu.

"Kami berharap dengan adanya traffic light, kemacetan dapat diurai, terutama saat kegiatan masyarakat dan acara lainnya," kata Ridho.

Sementara itu, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Bandar Lampung, Iskandar, mengatakan akan ada perubahan manajemen lalu lintas di kawasan tersebut.

"Dengan adanya traffic light di persimpangan MBK, kendaraan dari Jalan Teuku Umar, Jalan Sultan Agung, dan Jalan Pagar Alam tidak akan lagi diarahkan untuk berputar seperti yang terjadi saat ini," katanya.

Selain itu, akan ada penutupan perputaran di depan pintu masuk pom bensin di depan MBK, serta pembukaan kembali pembatas jalan tengah.

Kemudian, lampu lalu lintas akan dipasang di Jalan Sultan Agung dan Jalan Teuku Umar di bawah flyover, memungkinkan kendaraan dari Jalan Sultan Agung berbelok kiri ke Jalan Teuku Umar.

Sedangkan kendaraan dari arah Gang PU maupun Jalan Teuku Umar yang ingin berbalik arah akan diarahkan untuk berputar di Jalan Sultan Agung.

Sumber