2.063 Gempa Bumi Terjadi di Banten Sepanjang 2024, Meningkat 24 Persen
SERANG, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sepanjang 2024 terjadi 2.063 kali gempa tektonik di wilayah Provinsi Banten.
Kejadian gempa tahun ini meningkat 24 persen dibandingkan 2023.
"Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023 aktivitas kegempaan nya meningkat 24 persen frekuensi kejadiannya, pada periode tersebut terjadi 1.661 gempa bumi," kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang, Suwardi dikutip dari keterangan yang diterima Kompas.com, Selasa (31/12/2024).
Dikatakan Suwardi, dari hasil analisa BMKG Tangerang menunjukkan bahwa kekuatan gempa bumi yang terjadi bervariasi dari magnitudo 1,3 hingga magnitudo 6,2.
Adapun sebaran pusat gempa bumi atau episenter umumnya berada di laut, yaitu pada zona pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia di bagian tenggara hingga barat laut Provinsi Banten.
Berdasarkan kedalamannya, tercatat 90,8 persen atau 1.873 kejadian gempa bumi terjadi pada kedalaman dangkal kurang dari 60 kilometer.
"Sebanyak 8,9 persen atau 183 kejadian gempa bumi terjadi di kedalaman menengah 60 sampai 300 km, serta 0,3 persen atau 7 kejadian di kedalaman 300 km keatas," ujar Suwardi.
Berdasarkan kekuatan, lanjut Suwardi, gempa bumi di bawah magnitudo 3 dominan terjadi yaitu sekitar 65 persen atau 1.335 kejadian.
Sedangkan gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 3 sampai 5 terjadi sebanyak 704 kali atau sebesar 34 persen.
"Serta gempa bumi dengan kekuatan diatas magnitudo 5 sebesar 1 persen atau 24 kejadian," ungkap dia.
Adapun gempa bumi yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat Banten terjadi sebanyak 12 kali sepanjang 2024.
Berdasarkan peta aktivitas gempa bumi tahun 2024, klaster aktivitas gempa bumi paling aktif terjadi di Provinsi Banten adalah Zona A yakni Terusan Sesar Semangko, Patahan Ujung Kulon.
Kemudian, Zona B yakni Patahan Cimandiri, dan Patahan Pelabuhan Ratu, dan Zona Megathrust.
Di sisi lain, jika gempa bumi terjadi, BMKG meminta masyarakat segera menunduk (DROP), lindungi kepala dan leher (COVER) bisa dengan bantal helm maupun kedua telapak tangan, berpegangan pada kolong meja/furniture yang kuat (HOLD ON).
"Setelah gempa bumi reda segera menuju tempat evakuasi/titik kumpul/lapangan terbuka yang jauh dari pepohonan, tiang listrik maupun papan reklame," kata Suwardi.
Apabila masyarakat sedang berada di wilayah pesisir rawan tsunami, saat itu melihat gelombang laut yang tidak biasa seperti berbuih, menjajar cepat ke arah darat, apalagi disertai suara gemuruh yang keras maka lakukan evakuasi mandiri sesegera mungkin.
"Hindari menuju pantai untuk memastikan ada tsunami atau tidak, tunggu di tempat aman hingga ada informasi resmi dari pemerintah/petugas," tandas dia.