200 Tentara Disandera, Eks Presiden Bolivia Kesal Pemerintah Tampik Dialog
Suasana di Bolivia makin panas. Mantan Presiden Evo Morales menuduh pemerintah mengabaikan tawaran dialog terkait unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan para pendukungnya. Aksi protes sejak bulan lalu itu melibatkan pemblokiran jalanan dan penyanderaan sekitar 200 tentara Bolivia.
Tuduhan itu, seperti dilansir AFP, Senin (4/11/2024), dilontarkan Morales pada Minggu (3/11) atau hari kedua dia melakukan aksi mogok makan, yang nekat dilakukannya demi menuntut pemerintah Bolivia bernegosiasi dengan dirinya.
"Saya meminta dialog segera… dan tanggapan pemerintah adalah menangkap… kawan-kawan dan membawa mereka ke La Paz," ucap Morales dalam wawancara singkat dengan AFP.
Aksi protes yang digelar pendukung Morales sejak bulan lalu bertujuan mencegah penangkapan sang mantan presiden itu atas tuduhan pemerkosaan seorang remaja di bawah umur hingga hamil. Kubu Morales menyebut tuduhan itu direkayasa untuk menggagalkan kembalinya sang mantan presiden ke dunia politik.
Data Kementerian Pembangunan Produktif menunjukkan bahwa setelah blokade jalanan selama 21 hari, kerugian diperkirakan mencapai US$ 2,1 miliar di berbagai sektor.
Pada Jumat (1/11) lalu, menurut Kementerian Luar Negeri Bolivia, para pendukung Morales menyandera lebih dari 200 personel militer di Provinsi Chapare.
Kementerian Pertahanan, dalam tanggapannya, "mengutuk keras pengambilalihan unit militer dengan senjata dan kekerasan". Namun tidak disebutkan lebih lanjut soal nasib para tentara yang disandera tersebut.
Secara terpisah, Kepolisian Bolivia menangkap 66 orang, yang semakin menambah jumlah puluhan yang telah ditangkap sejak aksi pemblokiran jalan dimulai pada 14 Oktober lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Ajudan kepresidenan, Maria Nela Prada, mengatakan pada Sabtu (2/11) bahwa kantor ombudsman negara sedang mengatur dialog. Menurut Prada, pemerintah setuju untuk melakukan pembicaraan namun hanya "untuk mengatasi masalah yang menyangkut lembaga eksekutif dan bukan badan negara lainnya".
Morales (65) yang menjabat Presiden Bolivia periode tahun 2006 hingga tahun 2019 lalu, mengundurkan diri setelah pemilu yang diwarnai kecurangan.
Meskipun dilarang mencalonkan diri lagi, Morales bersikeras menantang Presiden Luis Arce, mantan sekutunya, dengan maju capres dari partai sayap kiri MAS pada pemilu Agustus tahun depan.
Namun beberapa waktu lalu, jaksa Bolivia mengumumkan penyelidikan terhadap Morales atas dugaan pemerkosaan, perdagangan manusia dan penyelundupan manusia terkait dugaan hubungannya dengan seorang remaja perempuan berusia 15 tahun pada tahun 2015 lalu.
Tahun 2016, remaja itu melahirkan seorang bayi perempuan, dengan Morales dituduh sebagai ayah dari bayi tersebut. Morales yang bersembunyi di area pedesaan Chapare, menyebut tuduhan itu bohong.