4 Faktor Tumbangnya 5 Petahana di Pilkada Bengkulu Menurut Pengamat

4 Faktor Tumbangnya 5 Petahana di Pilkada Bengkulu Menurut Pengamat

BENGKULU, KOMPAS.com – Pengamat politik Provinsi Bengkulu, Heri Supriyanto, mengidentifikasi empat faktor yang menyebabkan tumbangnya lima petahana dalam Pilkada Bengkulu 2024.

Kelima petahana yang dimaksud terdiri dari empat bupati dan satu gubernur.

“Menurut saya, ada empat faktor yang menyebabkan banyak calon petahana tumbang dalam Pilkada Bengkulu 2024,” ungkap Heri Supriyanto saat dihubungi melalui telepon pada Kamis (5/12/2024).

Faktor pertama adalah ketimpangan relasi antara aktor politik di Jakarta dan di Bengkulu.

Heri menjelaskan bahwa kuatnya relasi politik calon penantang petahana yang memiliki akses ke Jakarta menjadi modal yang signifikan.

“Dalam hal ini, terdapat ketimpangan antara aktor penantang petahana yang memiliki akses ke Jakarta (nasional) dengan lawan politiknya yang umumnya adalah politisi lokal,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa partai pendukung penantang petahana memiliki jaringan yang kuat di tingkat nasional, baik dari segi logistik, akses, maupun lainnya.

“Bayangkan misalnya, orang Jakarta, para menterinya datang ke Bengkulu untuk melakukan kampanye, hal ini tentu akan merugikan kandidat lokal. Jadi, ada ketimpangan antara Jakarta dan daerah,” tegasnya.

Heri menegaskan bahwa persoalan politik di Bengkulu sangat dipengaruhi oleh andil dari Jakarta.

“Ini yang membuat petahana tumbang,” katanya.

Faktor kedua adalah pola strategi logistik atau manajemen finansial.

Menurut Heri, pertempuran dalam Pilkada harus dimulai dengan kesiapan logistik yang baik.

“Yang menang itu biasanya memiliki logistik yang tidak terpusat, melainkan terbagi di masing-masing wilayah. Jadi, mereka lebih efektif. Pertempuran itu kan terjadi di kampung-kampung, bukan melalui tahapan yang panjang terfokus pada satu orang, sehingga komunikasi dan koordinasi menjadi lemah bagi yang kalah,” jelasnya.

Faktor ketiga adalah penggunaan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam kampanye.

“Itu menyalahi jika menggunakan jaringan OPD. OPD atau ASN tidak fleksibel jika dilibatkan dalam pertempuran politik Pilkada,” sebutnya.

Faktor keempat adalah kinerja petahana selama menjabat.

Menurut Heri, beberapa petahana menunjukkan performa yang kurang baik, sehingga masyarakat memberikan penilaian negatif.

“Ada performa yang kurang baik selama memimpin, dan ada juga petahana yang terlalu percaya diri dan sombong. Ini adalah figur yang buruk,” tukasnya.

Sebelumnya, diberitakan bahwa lima kandidat petahana dalam Pilkada Bengkulu 2024 telah tumbang oleh penantangnya.

Petahana yang kalah berasal dari Pilkada Gubernur Bengkulu, serta Pilkada Kabupaten Lebong, Rejang Lebong, Mukomuko, dan Seluma.

Sumber