519 Warga Jateng Terserang Leptospirosis Sepanjang 2024, 62 Meninggal, seperti Apa Gejalanya?

519 Warga Jateng Terserang Leptospirosis Sepanjang 2024, 62 Meninggal, seperti Apa Gejalanya?

SEMARANG, KOMPAS.com - Sebanyak 519 kasus leptospirosis terjadi di Jawa Tengah sepanjang 2024. 

Dari ratusan kasus tersebut, 62 pasien di antaranya meninggal dunia.

Diketahui, leptospirosis disebabkan oleh penyebaran bakteri dari kencing tikus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, Irma Makiah mengungkapkan bahwa angka kasus dan kematian ini menunjukkan penurunan dibandingkan 2023.

"Leptospirosis kasusnya tahun 2024 ada 519 yang meninggal 62, tapi 2024 ini yang meninggal sudah turun jauh dibandingkan 2023," ujar Irma melalui sambungan telepon pada Selasa (7/1/2025).

KOMPAS.COM/Titis Anis Fauziyah Anak-anak terdampak banjir di Genuksari, Kota Semarang bermain genangan banjir di sekitar rumah, Jumat (15/3/2024).

Dia menjelaskan bahwa pada 2023, terdapat 884 kasus leptospirosis di Jawa Tengah, dengan angka kematian mencapai 139 pasien.

"Dengan peningkatan tata laksana dan koordinasi yang baik, kita bisa menurunkan angka kematian sepanjang 2024 menjadi 62, sedangkan pada 2023 ada 139 pasien, turun banyak," tambahnya.

Irma meminta masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dan terdapat tikus untuk lebih berhati-hati.

Ia juga mengingatkan untuk mewaspadai gejala-gejala penyakit ini, seperti demam, pusing, sakit kepala hebat, nyeri betis, serta kesulitan berkemih.

"Masyarakat yang merasakan sejumlah gejala tersebut diminta untuk segera berobat ke rumah sakit," katanya.

Ia menjelaskan bahwa leptospirosis sering kali berawal dari kontak dengan air yang terkontaminasi, seperti luka yang terkena air yang tercemar kencing tikus atau hewan pembawa bakteri leptospira.

"Yang bisa diwaspadai terkait dengan leptospirosis ya pada daerah-daerah banjir biasanya gitu," lanjutnya.

Lebih lanjut, Irma mengingatkan bahwa curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan lingkungan menjadi lebih lembap, sehingga masyarakat juga perlu waspada terhadap infeksi penyakit lainnya.

"Otomatis banyak infeksi terkait dengan saluran pernapasan, seperti ISPA atau pilek, dan terkadang beberapa kasus pneumonia pada anak-anak juga meningkat," tandasnya.

Sumber