Adaro Energy (ADRO) Cetak Produksi Batu Bara 55,57 Juta Ton per September 2024
Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara afiliasi Garibaldi ‘Boy’ Thohir PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mencetak produksi batu bara 55,57 juta ton pada periode sembilan bulan 2024.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Indonesia Febriati Nadira menuturkan sampai dengan 9 bulan 2024, volume produksi ADRO mencapai 55,57 juta ton. Produksi ini mencerminkan peningkatan 10% dari periode yang sama tahun lalu.
"Sementara itu, volume penjualan periode ini mencapai 53,66 juta ton, atau naik 9% dari periode sembilan bulan 2023," kata Febriati kepada Bisnis, Kamis (7/11/2024).
Febriati melanjutkan hingga saat ini Adaro tetap optimistis untuk mencapai panduan tahun 2024 ini dan belum ada perubahan untuk panduan ADRO.
Dia menjelaskan ADRO menargetkan volume penjualan batu bara 65 juta ton hingga 67 juta ton, yang meliputi 61 juta ton hingga 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton hingga 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari ADMR.
"Adaro optimistis dengan prospek pertumbuhan ke depan terutama didukung oleh pertumbuhan permintaan di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Asia Selatan," ucap Febriati.
Febriati juga menuturkan ADRO fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan yang mayoritas telah memiliki kontrak jangka panjang. ADRO juga tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan, dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
Selain itu, kata dia, ADRO akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya.
"Keunggulan operasional serta efisiensi biaya merupakan hal-hal yang menjadi perhatian perusahaan," tutur Febriati.
Sebagai informasi, ADRO mencetak pendapatan sebesar US$4,45 miliar pada sembilan bulan 2024. Pendapatan ini turun 10,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$4,98 miliar.
Begitu juga dengan laba bersih ADRO yang turun 2,95% menjadi US$1,18 miliar, dari sebelumnya sebesar US$1,21 miliar pada periode Januari-September 2023.