Adu Kinerja Laba Bank Syariah, Termini Muamalat Milik BPKH hingga Terbesar BSI Anak Usaha Bank Mandiri

Adu Kinerja Laba Bank Syariah, Termini Muamalat Milik BPKH hingga Terbesar BSI Anak Usaha Bank Mandiri

Bisnis.com, JAKARTA – Industri perbankan syariah Indonesia membukukan laba bersih sebesar Rp10,64 triliun per September 2024. Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikutip Selasa (10/12/2024), capaian tersebut tumbuh 7,54% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,89 triliun.

Bank Umum Syariah (BUS) masih mendominasi laba industri dengan nilai Rp7,13 triliun atau tumbuh 11,48% YoY dari Rp6,4 triliun pada September 2023. Sementara itu, Unit Usaha Syariah (UUS) mencatatkan pertumbuhan tipis sebesar 0,31%, dari Rp3,5 triliun menjadi Rp3,51 triliun pada periode yang sama.

Pertumbuhan laba perbankan syariah terutama ditopang pendapatan operasional setelah bagi hasil yang mencapai Rp32,17 triliun atau naik 2,51% dari Rp31,38 triliun tahun lalu. Namun, pendapatan operasional lainnya justru turun 9,64% menjadi Rp7,82 triliun dibandingkan Rp8,65 triliun pada September 2023.

Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) sekaligus Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) Hery Gunardi menyatakan industri perbankan syariah memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan di tengah tantangan yang ada. Menurutnya, kolaborasi antara perbankan syariah dan pemangku kepentingan dapat membantu mengoptimalkan potensi tersebut.

“Masih terdapat ruang tumbuh bagi perbankan syariah. Namun memang, jika melihat perbankan syariah di Indonesia, masih ada beberapa isu yang dapat menjadi perhatian kita secara bersama-sama,” ujarnya dalam keterangan tertulis pekan lalu (7/11/2024).

Kinerja Bank Syariah Bervariasi

Sementara itu, berdasarkan tabulasi yang Bisnis lakukan, Bank Syariah Indonesia (BSI) mencatatkan laba bersih terbesar sebesar Rp5,1 triliun, tumbuh 21,6% YoY. Pertumbuhan tersebut didukung pembiayaan segmen konsumer dan ritel, serta peningkatan dana murah (current account saving account/CASA).

Untuk detailnya, berikut adalah detail kinerja keuangan bank syariah di Tanah Air

Bank Syariah Indonesia

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI membukukan laba bersih Rp5,1 triliun per kuartal III/2024, naik 21,6% YoY dari level Rp4,2 triliun.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa pertumbuhan ini didorong dari pembiayaan yang sehat dan berkelanjutan, terutama pada segmen konsumer dan ritel dengan komposisi 72,17%.

Anak usaha Bank Mandiri itu memfokuskan pertumbuhan dana murah (CASA) dengan komposisi 61,69% dari total dana pihak ketiga (DPK).

Alhasil, DPK BSI tumbuh 14,92% menjadi Rp301,22 triliun per kuartal III/2024. Sementara itu, total pembiayaan BSI mencapai Rp267,06 triliun, tumbuh 15,28% YoY pada periode yang sama.

CIMB Niaga Syariah

UUS PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) atau CIMB Niaga Syariah membukukan laba bersih senilai Rp1,62 triliun pada September 2024, tumbuh 18,87% secara tahunan dari posisi Rp1,37 triliun.

Berdasarkan laporan keuangannya, jumlah itu salah satunya didorong oleh pendapatan dari bagi hasil yang tumbuh 13,18% YoY menjadi Rp2,74 triliun per 30 September 2024.

Pembiayaan yang disalurkan, terdiri dari pembiayaan berbasis piutang, pembiayaan bagi hasil, dan pembiayaan sewa tercatat Rp60,72 triliun. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan per akhir tahun lalu yang senilai Rp55,24 triliun.

Dari sisi himpunan dana, CIMB Niaga Syariah membukukan DPK senilai Rp53,23 triliun per kuartal III/2024, yang terdiri dari dana simpanan wadiah senilai Rp10,98 triliun dan dana investasi non-profit sharing senilai Rp42,25 triliun.

BTPN Syariah (BTPS)

PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS) mencatatkan laba bersih sebesar Rp771 miliar per kuartal III/2024, terkoreksi pada kisaran 23% dari perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu. Penyaluran pembiayaan anak usaha Bank SMBC Indonesia ini pun tercatat sebesar Rp10,33 triliun per September 2024.

Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan di tengah situasi yang masih menantang bagi segmen ultra mikro, kinerja BTPN Syariah masih sesuai prediksi.

“Bank terus berusaha menciptakan stabilisasi bisnis dengan berbagai program dimulai dari meningkatkan kedisiplinan nasabah, kekompakan sentra, serta program peningkatan usaha nasabah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (25/10/2024).

Menurutnya, kinerja ini ditunjang oleh berbagai upaya yang dilakukan oleh perseroan untuk meningkatkan kualitas pembiayaan yang menjadi fokus bisnis, salah satunya dengan memberikan pelayanan tuntas kepada seluruh nasabah.

BTN Syariah

Unit Usaha Syariah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) atau BTN Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp535 miliar pada kuartal III/2024, meningkat 33,6% YoY dari posisi Rp401 miliar. Laju pertumbuhan ini menjadi yang terbesar di antara bank syariah lainnya.

Kenaikan laba bersih BTN Syariah ditopang oleh penyaluran pembiayaan yang meningkat 19,3% YoY, dari Rp35,7 triliun pada September 2023 menjadi Rp42,7 triliun pada September 2024.

Dari sisi pendanaan, DPK BTN Syariah juga tumbuh signifikan sebesar 31,5% YoY hingga mencapai Rp47,6 triliun pada bulan kesembilan tahun ini.

Alhasil, aset BTN Syariah terkerek naik 19,2% secara tahunan hingga mencapai Rp57,7 triliun per kuartal III/2024, dibandingkan capaian periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp48,4 triliun.

Bank Mega Syariah

PT Bank Mega Syariah mencatatkan laba bersih senilai Rp136,17 miliar pada kuartal III/2024. Capaian ini turun 28,79% YoY dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp191,21 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penurunan laba bank didorong oleh penyusutan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 19,49% YoY menjadi Rp450,6 miliar per September 2024, dari semula Rp559,7 miliar.

Dari sisi intermediasi, Bank Mega Syariah telah menyalurkan pembiayaan Rp7,26 triliun per September 2024, turun 2,41% YoY. Aset Bank milik crazy rich Chairul Tanjung itu masih mengalami kenaikan 14,41% YoY hingga mencapai Rp16,9 triliun.

Dari segi pendanaan, DPK perseroan menyusut 8,74% YoY, dari Rp10,5 triliun pada sembilan bulan 2023 menjadi Rp9,58 triliun pada sembilan bulan 2024.

Sumber