Akhir Hayat Lansia di Koja, Meninggal dalam Kesepian hingga Jasadnya Dipenuhi Belatung
JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang perempuan lanjut usia (lansia) berinisial EH (65) ditemukan tak lagi bernyawa dengan kondisi jasad sudah membusuk di rumahnya di Jalan Haji Nawar, Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, Rabu (25/12/2024).
Kematian EH baru diketahui setelah sejumlah warga di sekitar rumahnya menelusuri sumber aroma busuk yang dikira bangkai tikus.
Penemuan jasad EH berawal dari kecurigaan ketua RT setempat, Arman (55), yang mencium bau busuk tak kunjung hilang saat melintas di depan rumah korban. Ia dan warga lainnya mengira bau tersebut berasal dari bangkai tikus.
"Habis salat subuh, saya merasa kok ini bangkai tikus enggak hilang-hilang. Jadi, sudah hampir empat hari," ujar Arman saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (27/12/2024).
Pada hari pertama bau busuk tercium, Arman dan warga lain langsung melakukan kerja bakti. Namun, bau tersebut masih tetap muncul meskipun sudah ada usaha bersih-bersih.
"Hari kedua, saya bilang sama yang sebelah (tetangga). ‘Beh, ini tikus kok enggak hilang-hilang baunya’," tambah Arman.
Sejak itu, Arman sudah mulai curiga ada yang tidak beres di dalam rumah EH. Sebab, EH sudah tidak terlihat lagi ke luar rumah sebelum bau busuk tercium.
Oleh sebab itu, Arman bersama empat warga lainnya memutuskan untuk membuka paksa rumah EH setelah selesai melaksanakan salat subuh.
Setelah mendobrak pintu rumah korban, Arman bersama sekretarisnya masuk ke dalam rumah EH.
Sekertaris Arman memeriksa ke lantai dua, sedangkan ia memeriksa lantai bawah dan kamar mandi.
"Saya punya firasat, baunya menyengat banget gitu, saya nengok ke kamar mandi, ya Allah, wah, enggak kuat, saya hampir pingsan," ucap Arman.
Arman mengatakan, kondisi jasad EH sudah begitu mengenaskan saat ia temukan.
"Karena sudah rontok semua, belatung sudah banyak di kamar mandi. Ya Allah, ya, udah lah, saya keluar, enggak kuat seperti itu," tuturnya.
Arman mengatakan, sebelum ditemukan meninggal, EH tinggal sebatang kara di rumahnya.
EH pernah menikah dua kali. Suami pertamanya meninggal dunia, sementara ia bercerai dengan suami keduanya.
"Dia tinggal sendiri di rumah itu. Ya, karena kan katanya dari suami yang pertama, dia mempunyai anak," ujar Arman.
Namun, Arman tidak mengetahui ke mana anak EH sampai akhirnya ia tinggal sebatang kara.
Sementara dengan suami keduanya, EH disebut menikah siri. Meski sudah bercerai, kehidupan EH dijamin oleh suami keduanya itu.
"Cuma dia dijamin gitu, rumah itu dibeliin," kata Arman.
Dalam satu sampai dua bulan sekali, suami kedua EH datang untuk memberikan uang. Bahkan, usai EH dikuburkan, suami keduanya menelepon Arman.
"Kemarin juga telepon ke saya, dia nanya udah dikubur belum. Saya bilang, ‘udah dikubur kemarin Pak’," ujar Arman.
(Penulis Shinta Dwi Ayu | Editor Ihsanuddin, Ambaranie Nadia Kemala Movanita)