Akselerasi Transisi Energi, Pertamina Fokus Tingkatkan Kapasitas Pembangkit Panas Bumi
KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) mempercepat transisi energi dengan fokus pada pengembangan sumber energi bersih. Salah satu sumber energi yang sangat penting dalam mencapai transisi energi berkelanjutan adalah panas bumi.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi menegaskan bahwa Indonesia tetap konsisten dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE).
Panas bumi menjadi sumber energi yang krusial untuk mendukung kebutuhan listrik nasional secara bersih dan stabil.
“Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar, lebih dari 23 gigawatt (GW). Potensi ini baru dimanfaatkan sekitar 2,5 GW atau hanya 11 persen,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (14/11/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Eniya dalam sambutannya pada panel Energy Transition Innovations, Sustainability Approaches, Strategic Efforts and Initiatives to Achieve Indonesia’s Climate Goals di Climate Goals Conference of the Parties (COP) ke-29, di Baku, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024).
Eniya menegaskan bahwa pemanfaatan panas bumi dapat mengurangi emisi 22 juta ton karbon dioksida (CO2) pada 2030.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung pengembangan panas bumi di dalam negeri dan menjadikannya sebagai salah satu pilar transisi energi.
"Presiden RI Prabowo Subianto telah berulang kali menekankan pentingnya geothermal, dan kami membutuhkan dukungan internasional agar Indonesia dapat menjadi pemimpin dunia dalam pemanfaatan geothermal," kata Eniya.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga telah menyederhanakan regulasi perizinan dan meningkatkan return on investment (IRR) hingga 1,5 persen untuk menarik lebih banyak investasi.
Pada kesempatan yang sama, Chief Executive Officer (CEO) PT Pertamina Geothermal Energi Tbk (PGEO) Julfi Hadi menjelaskan bahwa panas bumi dapat berfungsi sebagai baseload sumber kelistrikan yang stabil dan berkelanjutan.
Sumber energi ini menjadi kunci penting dalam mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintah Indonesia.
"Panas bumi adalah salah satu sumber energi yang terbukti mampu menjadi baseload. Kita harus mulai membangunnya sekarang, terutama dengan rencana pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada industri hilirisasi dan manufaktur, yang membutuhkan pasokan listrik stabil dan bersih," ujar Julfi.
Ia juga menyampaikan bahwa PGEO menargetkan pengembangan kapasitas panas bumi Pertamina mencapai 1,5 GW pada 2030, dengan investasi sekitar 50 juta dollar Amerika Serikat (AS).
Untuk mendukung pencapaian tersebut, Pertamina menerapkan berbagai strategi, termasuk strategi investasi.
Salah satu inovasi yang diterapkan adalah penggunaan electrical submersible pumps (ESP), teknologi yang dapat mengurangi risiko dalam pengembangan panas bumi.
“Pompa akan menghasilkan peningkatan produksi bahkan di sumur subkomersial dan juga di pembangkit listrik. Ini memungkinkan proyek-proyek geothermal sebelumnya yang membutuhkan waktu 10 tahun, kini bisa diselesaikan dalam lima tahun,” jelas Julfi.
Pertamina sebagai perusahaan yang memimpin transisi energi, berkomitmen mendukung pencapaian NZE 2060 dan terus mendorong program-program yang berkontribusi pada Sustainable Development Goals (SDGs).
Semua upaya tersebut sejalan dengan penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.