Aksi Peternak Mandi Susu di Boyolali dan Data Impor Susu Naik 21,19 Persen Per Agustus 2024
KOMPAS.com - Sejumlah peternak naik ke atas mobil pikap kemudian mengguyur diri mereka dengan susu yang dibawa dalam milk can berbagai ukuran.
Mereka merupakan peternak yang menjerit imbas pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau Industri Pengolahan Susu (IPS).
Puluhan peternak ini mulanya berkumpul di depan Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali dengan membawa pikap berisi 50.000 liter atau 50 ton susu.
Mereka protes di tengah melimpahnya produksi susu, pemerintah justru dianggap membuka keran impor susu dengan sangat lebar.
Mereka juga memasang spanduk dengan berbagai tulisan bentuk protes terhadap pembatasan kuota susu yang masuk ke IPS.
"Susu Nasipe Piye", "Pikir Peternak Sapi Perah", "Sapiku Utangan, Pak" dan berbagai tulisan protes lainnya.
Aksi mereka mengundang perhatian warga, kemudian sebanyak 1.000 liter susu dibagikan secara gratis kepada warga.
Dalam hitungan menit, susu tersebut diserbu warga di monumen susu tumpah di Boyolali.
Selebihnya, peternak membuang puluhan ribu ton susu ke TPA Winong, Kabupaten Boyolali, Sabtu (9/11/2024).
Koordinator aksi, Sriyono Bonggol mengatakan, aksinya tersebut untuk mewakili para peternak sapi yang terkena dampak dari pembatasan kuota oleh IPS.
Pembatasan kuota susu yang dilakukan IPS membuat susu para peternak di wilayah Boyolali banyak yang tidak terserap pabrik. Sehingga banyak susu yang terbuang.
"Kami mewakili peternak yang jumlahnya puluhan ribu di wilayah Boyolali yang saat ini sedang menjerit karena kondisi perindustrian susu di Indonesia yang membatasi jumlah kuota masuk produk lokal kita. Akhirnya berimbas pada banyaknya susu yang menumpuk di UD maupun koperasi yang tidak terserap oleh pabrik mengakibatkan susu banyak yang terbuang," kata Sriyono dalam aksi di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu.
Sriyono menduga, pembatasan kuota susu dari peternak lokal oleh IPS adalah imbas dari adanya kuota impor susu yang mencapai 80 persen.
"Harusnya meskipun pasar sesepi apa pun produksi lokal kita terserap semua. Seandainya pemerintah maupun industri itu memang mementingkan produksi dari susu lokal kita. Itu yang melandasi kenapa terjadi aksi ini," ungkap Sriyono.
Data BPS impor susu 2024
Program susu gratis dari Presiden Prabowo Subianto mulai Januari 2025 menuai banyak tanggapan.
Salah satunya kebutuhan susu yang masih mengandalkan impor dari sejumlah negara.
Dilansir dari Kompas.com, Badan Pusat Statistik mencatat, Indonesia masih impor susu sebesar 94,49 dollar AS pada Agustus 2024.
Ternyata angka ini meningkat sebear 21,19 persen dibanding Juli 2024 dan meningkat dibanding 21,12 persen dibanding Agustus 2023.
Namun secara kumulatif, selama Januari-Agustus 2024 nilai impor susu Indonesia mencapai 605,05 juta dollar AS, turun 10,27 persen dibandingkan Januari-Agustus 2023 yang sebesar 674,28 juta dollar AS.
"Impor susu secara bulanan naik 21,19 persen, sedangkan secara tahunan naik 21,12 persen, dan secara kumulatif turun 10,27 persen," kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Sejumlah negara asal impor susu yaitu dari Selandia Baru, Amerika Serikat, Belgia, dan Irlandia.
"Impor susu utamanya berasal dari Selandia Baru, Amerika Serikat dan juga Australia," kata dia.
Di lain tempat, Kepala Disnakan Boyolali, Lusia Dyah Suciati mengaku sejak adanya pembatasan kuota dari IPS hanya 110.000 liter yang terserap.
Padahal produksi susu di Boyolali setiap ahri mencapai 140.000 liter.
"Dari beberapa pengepul susu total 30.000 liter yang tidak terserap. Jadi masing-masing pengepul sekian (yang tidak terserap), pengepul ini sekian. Jadi kalau dijumlah kurang lebihnya 30.000 liter susu yang tidak terserap (IPS)," kata Lusia.
Dia hanya bisa menerima aspirasi para peternak dan meminta agar susu tidak dibuang sembarang tempat.
Dyah berjanji akan mempertemukan para peternak dengan BUMN yang bergerak dalam permasalahan produksi susu tersebut.
"Kami di sini bersama perwakilan pengepul nanti akan kami pertemukan BUMN yang bergerak dibidang pangan. Siapa tahu dalam rangka upaya kelebihan yang kemarin dikeluhkan bisa tertampung oleh BUMN tadi," ungkap Lusia.
Sumber Kompas.com (Labib Zamani, Sari Hardiyanto, Isna Rifka Sri Rahayu, Sakina Rakhma Diah Setiawan)