Alasan BlackRock Sarankan Investor Lirik Bitcoin Buat Diversifikasi
Bisnis.com, JAKARTA — Raksasa manajer aset globa lBlackRock menyarankan investor melirik Bitcoin (BTC) sebagai alternatif diversifikasi portofolio investasi, di tengah kondisi suku bunga obligasi pemerintah yang dalam tren menjadi semakin kurang menarik pada 2025.
Chief Investment Officer of ETFs and Index Investments BlackRock Samara Cohen dalam kajian BlackRock Investment Institute 2025 Global Outlook menjelaskan bahwa investor harus menatap tahun depan dengan mempersiapkan diri untuk lebih dinamis dan gesit dalam aksi diversifikasi.
Lantas, BTC patut dilirik, sebab terbukti memiliki keunikan tersendiri sebagai aset lindung nilai. Pasalnya, BTC memiliki sentimen pendorong yang berbeda dengan aset tradisional lain, sehingga memungkinkan investor lebih fleksibel dalam menentukan keseimbangan baru antara risiko dengan target imbal hasilnya di sepanjang periode 2025.
"Peran Bitcoin sebagai aset lindung nilai dan sistem pembayaran membuatnya menjadi pilihan diversifikasi potensial," ujar Samara pada dokumen kajian terkait yang dipublikasikan BlackRock pada awal bulan ini, dikutip Bisnis pada Sabtu (14/12/2025).
Dilansir dari Bloomberg, ternyata BlackRock juga menyarankan investor mengambil porsi BTC masuk dalam portofolio hingga 1%—2% dari total aset, sebab perhitungan risikonya pada kisaran itu terbilang setara dengan memiliki saham perusahaan teknologi Magnificent Seven.
Sekadar info, saham Magnificent Seven dimaksud merupakan istilah populer yang mengacu pada perusahaan teknologi inovatif yang memiliki kinerja paling moncer di bursa Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir. Meliputi Apple, Alphabet selaku induk Google, Microsoft, Amazon, Tesla, Nvidia, dan Meta selaku induk Facebook.
Dalam laporan BlackRock tersebut, porsi 1%—2% merupakan gambaran cetak biru bagi investor yang toleran terhadap risiko kripto, tapi masih bingung, punya banyak pertimbangan, atau masih bertanya-tanya bagaimana cara terbaik untuk mengalokasikan dananya ke instrumen-instrumen terkait kripto.
Terlebih, di tengah kondisi saat ini, saat BTC telanjur melonjak ke rekor tertinggi di atas US$100.000 dipicu kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024, seiring janjinya untuk membuat kebijakan yang lebih ramah terhadap ekosistem perkembangan kripto di AS.
"Alokasi Bitcoin akan memiliki keuntungan dalam konteks diversifikasi sumber risiko yang beragam, sementara kelebihan bobot pada saham Magnificent 7 akan menambah risiko yang ada, juga efek konsentrasi risiko pada keseluruhan portofolio," ujar Samara dalam laporan BlackRock yang dilansir Bloomberg.
Menurut makalah BlackRock Investment Institute itu, adopsi investor institusional yang lebih luas dapat mengurangi volatilitas BTC di masa depan, sehingga peningkatan porsi investasi terhadap BTC menjadi lebih relevan.
"Ke depannya, apabila Bitcoin benar-benar diadopsi secara luas, risikonya juga akan berkurang. Namun, pada saat itu, Bitcoin mungkin tidak lagi memiliki katalis struktural untuk kenaikan harga yang cukup besar," tulisnya.
Sekadar info, saat ini BlackRock pun merupakan salah satu penerbit reksa dana ETF berbasis BTC terbesar di AS bertajuk iShares Bitcoin Trust ETF (IBIT), memiliki aset kelolaan sekitar US$54,3 miliar pada pertengahan Desember 2024. Selain BTC, BlackRock juga memiliki ETF berbasis Ether (ETH) bertajuk iShares Ethereum Trust ETF (ETHA).