Alasan BTN Belum Rilis Kinerja Kuartal III/2024: Mau Akuisisi Bank Kecil

Alasan BTN Belum Rilis Kinerja Kuartal III/2024: Mau Akuisisi Bank Kecil

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menjadi satu-satunya bank Himbara yang belum mempublikasikan laporan keuangan kuartal III/2024. 

Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan limited review lantaran rencana perseroan yang bakal melakukan aksi korporasi.

“Di bulan Januari kami mau akuisisi satu bank kecil untuk spin off syariah. Jadi, kami belum boleh publikasi [laporan keuangan] sebelum itu keluar, sesuai dengan ketentuan pasar modal,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP), Rabu (13/11/2024). 

Sayangnya, Nixon masih enggan membocorkan target bank yang diakuisisinya tersebut. Meski demikian, dia menyebut telah sepakat soal harga dan selanjutnya akan melaksanakan perjanjian jual beli bersyarat alias Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA)

“Cuma kan mesti lapor ke BUMN, BUMN bilang minta dilengkapi. Ada 2 dokumen yang lagi kita mau lengkapin, tapi dokumennya apa saya enggak boleh kasih tahu,” ujarnya.

Perlu diketahui, bahwa unit usaha syariah alias UUS BTN memang telah terkena kewajiban spin off sesuai Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 Tahun 2023 tentang Unit Usaha Syariah. 

Tercatat, aset UUS BTN atau BTN Syariah memang telah menembus Rp56 triliun pada kuartal II/2024. Dalam ketentuannya, bank yang memiliki nilai aset UUS mencapai 50% dari total aset keseluruhan induknya dan/atau jumlah aset UUS paling sedikit Rp50 triliun memang wajib spin off menjadi bank umum syariah (BUS).

Sebelumnya, berdasarkan riset Sucor Sekuritas disebutkan bahwa BBTN tengah mengembangkan spin off unit Syariahnya, yang melibatkan akuisisi bank syariah kecil. Adapun, Bank Victoria Syariah disebut-sebut sebagai kandidat akuisisi ini.

Misal, jika benar BTN mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah, laporan keuangan Bank Victoria Syariah per September 2024 audited, aset bank ini mencapai Rp3,33 triliun, naik 32,52% secara tahunan (YoY) dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,51 triliun per September 2024.

Sumber