Algonz Collection, Saksi Perjalanan Yatimin Mengukir Patung Rohani dan Belajar Toleransi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sebuah rumah seluas 2.500 meter persegi berdiri kokoh di sudut Jalan Lengkong Gudang Timur Raya Nomor 80, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Rumah yang pagarnya selalu tertutup rapat itu adalah Algonz Collection, toko sekaligus tempat pembuatan patung-patung rohani umat Kristiani.
Rumah ini sekaligus menjadi saksi perjalanan panjang seorang pengrajin yang mengabdikan hidupnya untuk berkarya. Yatimin (47) namanya.
Ia merupakan salah satu pekerja Algonz Collection yang telah mengukir banyak karya selama 30 tahun berkiprah di dunia kerajinan.
“Dulu, toko ini hanya menjual benda-benda rohani dari tempat lain. Tapi sejak tahun 2000, kami mulai memproduksi sendiri,” ujar Yatimin kepada Kompas.com, Senin (23/12/2024).Intan Afrida Rafni Patung Bunda Maria dengan motif batik Sumatera Barat. Salah satu patung karya Algonz Collection dengan tinggi patung 2 meter dan akan dikirim ke Sumatera Barat.
Yatimin bersama timnya membuat berbagai jenis patung rohani, seperti patung Yesus dan patung Bunda Maria. Mulai dari yang terkecil berukuran 5 sentimeter, hingga patung besar setinggi lebih dari 2 meter.
Setiap patung tidak hanya mencerminkan detail artistik, tetapi juga diharapkan mampu menghadirkan rasa spiritual mendalam. Pemilihan warna patung pun tidak sembarangan.
"Ada warna-warna sebenarnya enggak boleh diganti, tapi kalau emang ada permintaan warna yang agak aneh, enggak apa-apa, kami buatkan," kata dia.
Proses pembuatan patung di Algonz Collection tak sederhana. Dimulai dengan pengukiran awal, lalu proses pembuatan cetakan atau mold berbahan silikon.
Cetakan itu lantas diisi campuran gip dan air, bahan dasar yang digunakan untuk membentuk patung. Setelah patung dicetak, proses berikutnya adalah penghalusan atau pengamplasan, pengecatan, dan terakhir tahap make up untuk memastikan semua detail sempurna.
Intan Afrida Rafni Proses pembuatan patung rohani di rumah produksi toko Algonz collection yang berada di Serpong, Tangerang Selatan. Proses pembuatan patung tersebut memakan waktu bervariasi, tergantung ukuran yang dibuat.
“Patung kecil setinggi 60 cm bisa selesai dalam seminggu. Tapi yang besar, seperti patung Maria atau Yesus setinggi dua meter, yang saat ini sedang dibuat, bisa memakan waktu hampir sebulan,” jelas Yatimin.
Yatimin tidak bekerja sendirian. Dia dibantu oleh 10 pekerja lain yang memiliki tugas berbeda, dari mencetak, mengamplas, hingga mengecat.
Menariknya, meskipun patung yang diproduksi adalah simbol agama Kristen dan Katolik, seluruh pekerja di toko tersebut merupakan umat Muslim.
“Kami sudah terbiasa, meskipun berbeda keyakinan, tetap bekerja sama menghasilkan yang terbaik. Bahkan warna dan detail patung pun kami sesuaikan dengan pakem rohani yang ada,” kata dia.
Patung-patung karya pengrajin Algonz Collection tidak hanya dijual di Tangsel saja, tetapi juga berbagai tempat di Indonesia, bahkan ke luar negeri.
Yatimin bercerita, pada tahun 2020, dia dan tim pernah membuat patung Bunda Maria yang dikirimkan ke Kongo.
Saat itu, patung setinggi 170 cm tersebut dipesan oleh tentara Indonesia yang bertugas membantu gereja di wilayah konflik.
“Pengiriman patung itu penuh tantangan. Kami harus memastikan semuanya aman, jadi patung dikemas dalam peti kayu yang sangat rapat agar tidak rusak selama perjalanan panjang,” cerita dia.
Namun, perjalanan Algonz Collection pun tidak selalu mulus. Pandemi Covid-19 menjadi badai besar yang sempat mengguncang usaha ini.
Sebelum pandemi, toko ini memiliki 60 karyawan dan menjalin kerja sama dengan berbagai toko buku rohani di seluruh Indonesia. Omzetnya pun diperkirakan mencapai Rp 500 juta setiap bulan.
Akibat pandemi, kerja sama dengan toko-toko besar terputus. Jumlah karyawan sempat menyusut menjadi hanya enam orang. Omzet pun anjlok hingga tersisa sekitar Rp 30 juta per bulan.
Kini, dengan sebelas karyawan yang tersisa, Yatimin dan timnya perlahan mencoba bangkit.
Mendekati Natal 2024, permintaan patung mulai meningkat, meski belum kembali seperti masa-masa kejayaan sebelum pandemi.
Yatimin bercerita, patung Maria Lourdes, Jalan Salib, dan Yesus menjadi favorit para pembeli, terutama yang berukuran 60 cm hingga 1 meter.
Patung-patung kecil biasanya dibeli untuk kebutuhan pribadi. Sementara, patung besar umumnya dipesan untuk gereja.
Di tengah keterbatasan, Yatimin dan timnya tetap optimis. Mereka berharap situasi ekonomi kembali membaik sehingga toko kecil ini bisa kembali berjaya seperti dulu.
"Alhamdulillah udah mulai naik. Kira-kira 30 sampai 40 persen. Harapannya semoga mudah lagi. Situasinya mudah lagi biar semuanya bisa berkembang seperti semula," ucap dia.