Anjing Dingo Kembali Bernyanyi di Puncak Grasberg Papua 

Anjing Dingo Kembali Bernyanyi di Puncak Grasberg Papua 

TIMIKA, KOMPAS.com - Anjing ini sempat dikira punah karena sejak tambang pertama PT Freeport Indonesia (PTFI), Erstberg, beroperasi di Pegunungan Jayawijaya pada 1973 lolongannya tidak terdengar lagi.  

Pada tahun 1991 PTFI membuka areal tambang kedua yang lebih besar yaitu Grasberg, tak jauh dari Erstberg. Aktivitas pertambangan pun meningkat di sana. 

Selama kurang lebih 50 tahun tak pernah ada yang melihatnya lagi berkeliaran di sekitar area tambang di Puncak Grasberg.  

Banyak yang mengira, anjing itu punah karena habitatnya terganggu oleh aktivitas tambang di kawasan setinggi 4.285 meter dari permukaan laut (mdpl) itu. 

Namun, sejak 2020, kemunculannya mencuri perhatian dunia. Ternyata ia tidak punah.

Siang itu, Selasa (10/12/2024), Kompas.com mendengar lolongannya di Bunaken Overlook, kawasan reklamasi pasca-tambang PTFI di bibir tambang terbuka Grasberg.  

Seekor anjing  berbulu coklat emas dengan bulu putih di dadanya duduk di bibir Gasberg dan melolong panjang.

Lolongannya mirip serigala, tapi lembut dan berirama, seperti nyanyian, berayun-ayun dengan nada rendah dan tinggi. Anjing ini memang tidak bisa menggonggong. Ia hanya bisa melolong. 

Meski liar, ia tidak terlihat agresif. Gerak-geriknya bersahabat. Setidaknya ada  tiga ekor anjing yang tampak berkeliaran di sekitar Bunaken Overlook. 

Orang-orang menyebutnya sebagai anjing bernyanyi (singing dog). Ada banyak sebutan untuk anjing endemik pegunungan Jayawijaya ini anjing bernyanyi dataran tinggi (highland singing dog), anjing liar dataran tinggi (highland wild dog), New Guinea singing dogs (NGSD), dan anjing bernyanyi papua (papua singing dog). 

Nama latinnya adalah Canis familiaris hallstromi. Nama hallsrtonomi disematkan sebagai penghormatan kepada peneliti senior di Pusat Penelitian Hewan Nondugi, Papua Nugini, Sir Hallstrom.  

Pada tahun 1897, Charles Walter De Vis, seorang zoologis asal Inggris, mendokumentasikan keberadaan anjing dataran tinggi untuk pertama kalinya saat meneliti satwa di Gunung Scratchley, Papua Nugini. 

Anjing bernyanyi Papua memiliki hubungan kekerabatan dengan anjing liar di Papua Nugini dan juga termasuk keluarga dingo dari Australia.

 

KOMPAS.COM/HERU MARGIANTO Dua ekor dingo atau anjing bernyanyi tampak berkeliaran di areal Bunaken Overlook, pusat reklamasi pasca-tambang PT Freeport Indonesia, di tepi tambang terbuka Grasberg, Tembagapura, Timika, Papua Tengah, Selasa (10/12/2024).

Dikutip dari Kompas.com, peneliti dari Balai Arkeologi Provinsi Papua Hari Suroto menyebut, anjing ini dianggap sebagai satwa primitif.

Keberadaannya di Papua sudah ada sejak sekitar 3.500 tahun yang lalu, dibawa oleh manusia dari kelompok penutur Austronesia. 

Anjing ini dianggap sakral oleh suku Moni yang mendiami kawasan Pegunungan Jayawijaya. Mereka menyebutnya dingo. Suku Moni percaya anjing tersebut adalah nenek moyang mereka. 

Kehadiran kembali dingo di kawasan itu dipandang sebagai keberhasilan reklamasi pasca-penambangan Grasberg.  

Reklamasi adalah upaya mengembalikan keseimbangan lingkungan di kawasan itu. PTFI melakukan pelandaian tebing galian, penstabilan lahan, dan revegetasi. 

“Singing dog adalah predator puncak di kawasan ini. Ia memakan tikus. Itu artinya kehidupan alam di Grasberg sudah kembali,” ujar Manajer Grasberg  Earthworks PTFI  Sena Indra Wiraguna di Bunaken Overlook siang itu. 

Menurut Sena, pasca-penutupan tambang terbuka Grassberg pada 2020, PTFI melakukan reklamasi di areal tambang seluas 920 hektar (ha).

Hingga saat ini total kawasan yang sudah direklamasi mencapai 570 ha. Sepanjang 2024 ini, areal tambahan yang telah direklamasi mencapai 65 ha.  

KOMPAS.COM/HERU MARGIANTO Rumputan liar tumbuh di bibir galian tambang terbuka Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Timika, Papua Tengah, Selasa (10/12/2024). Di latar belakang adalah puncak tertinggi di Indonesia Cartenz Pyramid dan di sisi kiri adalah puncak Jayawijaya.

“Revegetasi itu bukan artinya menanam pohon ya. Pohon tidak bisa hidup di ketinggian 4.285 mdpl ini. Vegetasi alami di sini adalah lumut dan semak rumput,” kata Sena. 

Penambangan terbuka Grasberg ditutup karena cekungan tambang sedalam 1,2 km dengan diameter sekitar empat km sudah tidak memungkinkan lagi menjangkau mineral tambang lebih dalam.

PTFI kini fokus melakukan penambangan bawah tanah yang lebih modern untuk mengambil tembaga dan emas di dalam perut bumi. 

Selain revegetasi, PTFI juga melakukan penstabilan lahan di Napoa Overlook yang lokasinya berada di ketinggian 4.124 mdpl.

Tebing curam yang rawan longsor di kawasan itu dibuat landai dengan kemiringan 21 derajat. Setelah itu dilakukan penimbunan batu gamping untuk menetralisasi asam sisa pertambangan agar vegetasi bisa kembali tumbuh di sana.  

Kehidupan fauna dan flora memang telah kembali di puncak Grasberg. Kompas.com melihat tikus, dan dua jenis burung beterbangan di dataran tinggi yang suhunya di siang itu sekitar 10 derajat celcius.  

Hamparan hijau rumput liar dan bunga-bunga edelweiss juga mulai terlihat di sana sini.

Selamat datang kembali Dingo. Melolonglah yang panjang. 

Sumber