Apa Itu Prasasti Pucangan yang Diajukan Repatriasinya dari India?
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengajukan repatriasi Prasasti Pucangan dari India. Hal ini disampaikan dalam pertemuan dengan Menteri Kebudayaan India Gajendra Singh Shekhawat di sela Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Brazil.
"Pengembalian Prasasti Pucangan adalah langkah penting untuk memulihkan bagian dari sejarah dan identitas budaya kita," kata Fadli Zon dalam siaran pers di Jakarta, dilansir Antara, Sabtu (9/11/2024).
Menurut Fadli, permintaan repatriasi Prasasti Pucangan ini menunjukkan komitmen penuh pemerintah Indonesia dalam memulihkan artefak budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi identitas bangsa. "Selain nilai sejarahnya yang luar biasa, repatriasi ini juga akan mempererat persahabatan budaya kedua negara," ujarnya.
Fadli mengusulkan agar serah terima secara resmi Prasasti Pucangan ini dilakukan saat Presiden Prabowo Subianto mengunjungi India pada awal 2025 mendatang, yang bertepatan dengan peringatan 76 tahun hubungan diplomatik kedua negara. "Kami berharap India dapat mendukung repatriasi ini sebagai simbol komitmen bersama atas pentingnya melestarikan warisan budaya," kata Fadli. Upaya repatriasi Prasasti Pucangan juga diperkuat oleh prinsip-prinsip dalam Kashi Culture Pathway yang disepakati pada Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 2023 di India, yang mendorong pengembalian artefak budaya ke negara asalnya.
Prasasti Pucangan juga dikenal sebagai "Airlangga Stone" atau "Calcutta Stone", merupakan prasasti abad ke-11 yang dibuat atas perintah Raja Airlangga, salah satu penguasa besar di Pulau Jawa kala itu, Medang-Kahuripan. Prasasti ini mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Jawa, khususnya terkait pemerintahan Raja Airlangga dan tatanan politik serta keagamaan pada masa itu. Pada awal abad ke-19, Prasasti Pucangan ditemukan oleh Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris yang berkuasa di tanah Jawa sejak 1811 sampai 1816. Prasasti tersebut kemudian dikirimkan Raffles ke India, sebagai hadiah kepada Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris di India kala itu. Sejak itu, Prasasti Pucangan tetap berada di India dan kini disimpan di Indian Museum, Kolkata.
Menghimpun dari catatan redaksi detikcom, Prasasti Pucangan sendiri ditemukan pertama kali di Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Isi prasasti pada batu itu satu sisi ditulis dalam bahasa Jawa kuno dan satu sisi lainnya ditulis dalam bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan tentang sejarah Airlangga.
Sejatinya rencana repatriasi Prasasti Pucangan telah dicanangkan sejak beberapa tahun lalu. Sebelumnya, oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengungkapkan rencana penelitian dan pemulangan Prasasti Pucangan dari India.
Hilmar menyebut pemerintah sedang mengupayakan proses repatriasi atau pemulangan kembali Prasasti Pucangan dari India ke tempat asalnya di Indonesia. Ia menyebut saat berada di India, telah bertemu dengan Joint Secretary Kementerian Kebudayaan India dan menyinggung pernah ada kesepakatan untuk repatriasi.
"Saya nyatakan itu juga tidak ada keberatan dari pihak India untuk melakukan repatriasi," kata Hilmar, menurut catatan redaksi detikcom, dilansir Senin (14/11/2022) lalu.
Selain repatriasi, Kementerian Kebudayaan Indonesia dan India juga sepakat mempererat kerja sama dalam bidang kebudayaan, termasuk potensi kerja sama dalam industri budaya, program restorasi cagar budaya Hindu-Buddha, hingga pertukaran dan konsorsium budaya.
Lihat juga video Fadli Zon Ungkapkan Alasan Prabowo Menunjuknya Jadi Menteri Kebudayaan
[Gambas Video 20detik]