Apa Kepentingan dan yang Dilakukan Israel, Turkiye, dan AS di Suriah?

Apa Kepentingan dan yang Dilakukan Israel, Turkiye, dan AS di Suriah?

SAAT aliansi para pemberontak mencoba untuk membentuk pemerintahan transisi di Suriah, faksi-faksi bersenjata dan berbagai kekuatan asing masih bertempur untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan pasukan pemerintah yang mundur atau kabur.

Para pejuang Kurdi di Suriah utara yang didukung Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Rabu (11/12/2024) bahwa mereka telah menyetujui gencatan senjata yang ditengahi AS di Manbij, kota tempat mereka bertempur untuk menangkis gempuran pasukan yang didukung Turkiye.

Sementara itu, militer Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap aset-aset militer Suriah di sejumlah lokasi di negara itu dalam beberapa hari terakhir. Israel beralasan, mereka ingin mencegah aset-aset militer itu jatuh ke tangan para ekstremis.

Israel melancarkan sejumlah serangan udara intensif terhadap berbagai sasaran militer yang tadinya dikuasai rezim Presiden Bashar Al Assad di Suriah. Pasukan darat Israel maju jauh melewati zona demiliterisasi di perbatasan Israel-Suriah. Itu pertama kalinya dalam 50 tahun Israel masuk secara terang-terangan ke wilayah Suriah.

Selasa lalu, Israel mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan angkatan laut Suriah dalam serangan udara pada malam sebelumnya. The New York Times melaporkan, Israel terus menyerang sasaran di Suriah walau ada peringatan bahwa operasi mereka di sana bisa memicu konflik baru dan membahayakan transisi kekuasaan ke pemerintahan sementara Suriah.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan militer negaranya telah “menghancurkan angkatan laut Suriah dalam semalam". Foto-foto dari kota pelabuhan Latakia di Suriah menampilkan sisa-sisa kapal perang yang terbakar dan tenggelam di dermaga kota itu.

Katz kemudian menjelaskan motif Israel menggempur wilayah Suriah. Dia mengatakan, militer Israel “telah beroperasi di Suriah selama beberapa hari terakhir untuk menyerang dan menghancurkan kemampuan strategis yang menjadi ancaman bagi Israel”. Dia tidak menjelaskan risiko baru apa atau risiko langsung apa yang ditimbulkan oleh angkatan laut Suriah terhadap Israel, yang memiliki militer paling kuat di Timur Tengah.

Hari Selasa, juru bicara militer Israel membantah laporan yang menyatakan bahwa militernya sedang bergerak maju ke Damaskus. Juru bicara itu, Avichay Adraee, mengatakan militer Israel berada di dalam zona penyangga antara Israel dan Suriah dan di titik lain “untuk melindungi perbatasan Israel.”

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengemukakan bahwa negaranya ingin menjalin hubungan dengan rezim baru di Suriah. Namun dia juga mengatakan, dirinya telah menyetujui pengeboman aset-aset militer Suriah. Tujuan pengeboman adalah “agar aset-aset tersebut tidak jatuh ke tangan kelompok-kelompok militan", sehingga tidak akan digunakan untuk menyerang Israel.

 

Pertempuran sengit terjadi hari Selasa antara pemberontak yang didukung Turkiye dan pasukan Kurdi yang didukung AS di dekat Kobani, kota di Suriah utara yang memiliki makna sejarah dan simbolis.

Farhad Shami, juru bicara pasukan yang bersekutu dengan AS, mengatakan pada Selasa bahwa pasukan yang didukung Turkiye "melakukan serangan hebat” di sekitar Kobani. Shami dan kelompok independen yang memantau perang mengatakan, pesawat-pesawat tempur Turkiye membantu sekutu mereka di darat dengan serangan udara.

Turkiye dan AS, keduanya anggota NATO, menyambut baik jatuhnya rezim Assad pada akhir pekan lalu. Namun salah satu tujuan utama Turkiye di kawasan itu adalah untuk melemahkan milisi Kurdi. Hal itu membuat negara itu berselisih dengan Washington.

Turkiye sangat tidak menginginkan terbentuknya wilayah otonom Kurdi di perbatasan Turkiye-Suriah karena hal itu akan sangat mengganggu keamanan Turkiye. Ankara telah melakukan sejumlah serangan ke wilayah Suriah sejak tahun 2016 untuk memukul mundur milisi Kurdi dan ISIS serta menciptakan zona penyangga di sepanjang perbatasannya. Kini, Turkiye menguasai sebagian wilayah di Suriah utara.

Turkiye menempatkan pasukan di wilayah Suriah barat laut dan memberikan dukungan kepada beberapa kelompok pemberontak yang ambil bagian dalam serangan terhadap rezim Assad, termasuk Syrian National Army (SNA) atau Tentara Nasional Suriah.

Menurut Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, pasukan yang didukung Turkiye merebut kota Manbij pada Senin lalu dan pasukan itu bergerak ke ara utara menuju Kobani.

Pada hari Rabu, pasukan Kurdi di sana mengumumkan gencatan senjata yang ditengahi AS.

Kepentingan utama AS di Suriah adalah menumpas kelompok militan ISIS, yang masih mempertahankan kehadirannya di bagian timur laut dan tengah Suriah. Sekitar 1.000 tentara Operasi Khusus AS ditempatkan di pangkalan-pangkalan militer di timur dan timur laut Suriah. Mereka sering kali bekerja sama dengan pasukan Kurdi Suriah.

 

Presiden AS, Joe Biden, mengizinkan serangan udara AS pada hari Minggu lalu terhadap kamp-kamp dan sasaran ISIS di Suriah. Menurut sejumlah pejabat AS, sekelompok pesawat tempur B-52, F-15, dan A-10 menyerang lebih dari 75 sasaran di Suriah tengah.

Biden mengatakan, AS akan mendukung kawasan itu “jika muncul ancaman yang datang dari Suriah selama masa transisi ini”.

“Kami memahami dengan jelas fakta bahwa ISIS akan mencoba memanfaatkan kekosongan apapun untuk membangun kembali kemampuannya, untuk menciptakan tempat yang aman. Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ujar Biden.

Sumber