Arti Kue Keranjang, Lebih dari Sekadar Hidangan Saat Imlek

Arti Kue Keranjang, Lebih dari Sekadar Hidangan Saat Imlek

PONTIANAK, KOMPAS.com - Perayaan tahun baru Imlek di Kalimantan Barat (Kalbar) tak pernah lepas dengan kue keranjang.

Kue dodol manis berbahan dasar ketan dan gula ini selalu memenuhi meja-meja ruang tamu masyarakat yang merayakan Imlek.

Sejarawan Kalbar Syafaruddin Daeng Usman mengatakan, dalam sekeping kue keranjang mengandung pesan sangat mendalam, terutama makna kebersamaan.

“Sama persis seperti pemaknaan dodol Betawi,” kata Syafarudin dalam keterangan tertulis, Senin (13/1/2025).

Lantaran proses pembuatannya yang sedikit rumit dan sulit, kue keranjang juga merupakan produk ikatan sosial yang kuat di tengah masyarakat, khususnya, Tionghoa.

Di negeri asalnya, kue lengket manis ini bernama Nian Gao (Nien Kau) atau nama lain dalam dialek Hokkian disebut Thi Kue, kue manis.

Syafarudin menjelaskan, adonan kue keranjang, yang terdiri dari ketan dan gula dimasak ke dalam kuali besar di atas tungku kayu api. Uniknya, api tungku tidak boleh besar dan terlalu kecil.

“Harus dimasak dengan kayu bakar untuk mendapatkan panas api yang pas dan rasa legit dodol,” ucap Syafarudin.

Selain itu, untuk mencapai tekstur legit, adonan kue keranjang harus diaduk selama beberapa jam tanpa berhenti.

“Karena jika berhenti, tekstur yang diharapkan tidak tercapai, bahkan kue keranjang atau dodol Cina, akan sangat mengeras dan rasa tidak merata,” ungkap Syafarudin.

Menurut Syafarudin, disebut kue keranjang karena dulunya harus menggunakan keranjang-keranjang kecil yang terbuat dari anyaman rotan untuk mencetak kue ini.

Sebagian lidah menyebutnya kue ranjang atau kependekan dari keranjang. Nama lainnya adalah kur bakul atau dodol Cina.

“Kue keranjang yang dikenal sekarang hanya ada di Indonesia, dengan sedikit penyebaran di Singapura dan Malaysia,” ucap Syafarudin.

Dalam penyebarannya di Indonesia, kue keranjang kemudian menjadi penganan banyak daerah yang punya kekhasan masing-masing. Disebut juga dengan dodol dan jenang.

Kue keranjang hanya marak menjelang dan saat Tahun Baru Imlek dan akan hilang dari pasaran setelah kemeriahan lebaran Tionghoa berlalu.

“Saat ini, serupa juga dodol lainnya, kue keranjang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Kalbar, khususnya di Pontianak dan Singkawang,” tutup Syafarudin.

Sumber