AS Berencana Pasok Senjata Senilai Rp 129,6 Triliun ke Israel
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memberitahu Kongres AS soal usulan penjualan senjata senilai US$ 8 miliar (Rp 129,6 triliun) ke Israel. Washington terus mempertahankan dukungan untuk Tel Aviv, sekutunya, dalam perang melawan Hamas yang menewaskan puluhan ribu orang di Gaza.
Kesepakatan penjualan senjata itu, seperti dilansir Reuters, Sabtu (4/1/2025), memerlukan persetujuan lebih lanjut dari House of Representatives atau DPR dan komite Senat AS untuk bisa diwujudkan.
Diungkapkan seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya dan dikutip media Axios bahwa paket penjualan senjata untuk Israel itu mencakup amunisi untuk jet tempur dan helikopter tempur, serta peluru artileri.
Paket tersebut juga mencakup bom-bom berdiameter kecil dan sejumlah hulu ledak.
Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut.
Rencana penjualan senjata untuk Israel ini mencuat saat para demonstran di AS selama berbulan-bulan menuntut embargo senjata terhadap Tel Aviv. Namun sebagian besar kebijakan AS terhadap Israel tidak berubah.
Pada Agustus tahun lalu, AS menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya senilai US$ 20 miliar ke Israel.
Pemerintahan Biden mengatakan pihaknya membantu sekutu dekatnya dalam mempertahankan diri dari kelompok-kelompok militan yang didukung Iran, seperti Hamas di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Menghadapi kritikan internasional, AS tetap mendukung Israel selama serangannya terhadap Jalur Gaza yang menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza, yang totalnya mencapai 2,3 juta jiwa, terpaksa mengungsi.
Rentetan serangan Tel Aviv juga memicu krisis kelaparan dan memicu tuduhan genosida yang dibantah Israel.
Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 45.717 orang tewas akibat rentetan serangan Israel sejak Oktober 2023. Dilaporkan juga, pada Sabtu (4/1), bahwa setidaknya 108.856 orang mengalami luka-luka selama hampir 15 perang berkecamuk di wilayah tersebut.