Bahasa Gaul Gen Z Kian Marak, Begini Kata Peneliti Bahasa
SEMARANG, KOMPAS.com - Anak muda generasi Z atau Gen Z kerap menciptakan istilah baru dan gaul yang lantas dipopulerkan di media sosial.
Bahasa gaul tersebut di ataranya, FOMO, YOLO, JOMO, healing, ghosting, backburner, spill the tea, pick me, dan masih banyak lagi.
Biasanya, mereka menggunakan bahasa gaul saat berkomunikasi dengan kawan sebayanya atau teman-teman online di media sosial.
Hal tersebut diakui oleh salah satu Gen Z di Semarang, Najwa (24).
Dirinya menyebutkan, kerap menggunakan istilah gaul saat berkomunikasi dengan teman-teman seumurannya. Menurut dia, istilah-istilah gaul yang kerap diucapkannya itu bersumber dari media sosial.
"Kalau di media sosial kita kan juga terhubung dengan informasi dari luar Indonesia. Makanya banyak istilah yang gak umum di sini. Kita gak sengaja jadi kecipratan dan ikut-ikutan," ucap Najwa kepada Kompas.com, Kamis (7/11/2024).
KOMPAS.com/ Sabrina Mutiara Ilustrasi Gen Z (Source Pexels.com)
Biasanya, imbuh Najwa, dirinya menemukan istilah-istilah gaul tersebut melalui platform media sosial TikTok, X, maupun Instagram.
Tak heran, jika istilah gaul zaman sekarang sering viral atau diperbincangkan banyak orang.
"Unik sih, dari pakai bahasa gaul, kita jadi bisa lebih akrab," tutur dia.
Bagi Najwa, setiap generasi memiliki ciri khas masing-masing dalam berkomunikasi. Sehingga, dirinya sangat senang terhadap perubahan ataupun perkembangan bahasa gaul yang terjadi saat ini.
"Mungkin kalau kita gak pakai kata-kata zaman now, jadi kayak ada sesuatu yang kurang. Kita jadi bisa bedain ini generasi apa, dari bahasa atau intonasinya saat berbicara. Itu ngaruh banget menurut saya," ungkapnya.
Sementara itu, peneliti bahasa dan budaya Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dhoni Zustiyantoro, mengatakan, terciptanya bahasa gaul ala gen Z tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital, khususnya media sosial.
"Dari situ muncullah istilah-istilah baru. Mereka jadi rentan terpapar berbagai budaya dan gaya komunikasi yang bermacam-macam," kata dia, Kamis.
Menurut Dhoni, gen Z memang cenderung memiliki jiwa kreativitas yang tinggi. Sehingga, selain menjadi konsumen atau pengguna istilah gaul, gen Z juga memiliki keinginan untuk memperbarui dan mengkreasikan kebahasaan.
Kendati demikian, Dhony menyebutkan, perbaruan kebahasaan ini memiliki dampak positif maupun negatif. Salah satunya, kesenjangan komunikasi antar generasi.
"Bisa jadi ada miss komunikasi, karena mungkin yang paham hanya generasi Z misalnya. Bisa jadi generasi atasnya sudah agak miss, begitupula generasi setelahnya," ungkap dia.
Sedangkan dampak positifnya yaitu dapat menjadi tempat berekspresi para gen Z dalam menerima perubahan zaman, terutama pada kebahasaan.
Tidak hanya itu, adanya bahasa gaul juga bisa menjadi identitas generasi Z.
"Mereka bisa menciptakan kata yang kurang lebih mewakili perasaan atau pengalamannya yang unik, yang mungkin secara kebahasaan sebelumnya tidak terwadahi," pungkas Dhoni.