Banjir Rob di Jakarta Utara Lebih Sering Terjadi Belakangan Ini, BMKG: Ada 3 Penyebabnya

Banjir Rob di Jakarta Utara Lebih Sering Terjadi Belakangan Ini, BMKG: Ada 3 Penyebabnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan frekuensi banjir rob di pesisir utara Jakarta semakin meningkat belakangan ini.

"Banjir rob dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu astronomis, meteorologi, dan topografi," jelas Prakirawan BMKG, Dyan Ayu Damayanti, dalam wawancara dengan Kompas.com pada Kamis (9/1/2025).

Dyan menjelaskan, faktor astronomis berkaitan dengan pasang surutnya air laut. Sementara itu, faktor meteorologi berhubungan dengan kondisi cuaca.

Adapun faktor topografi mencakup penurunan permukaan tanah atau land subsidence, serta abrasi.

"Banjir rob semakin sering terjadi karena adanya gabungan dari beberapa faktor tersebut," tambah Dyan.

Dia mengungkapkan, pada Desember lalu, yang merupakan musim hujan, banjir rob menjadi lebih parah akibat fase bulan.

"Fase bulan baru, bulan purnama, dan perigee atau jarak terdekat bulan ke bumi menyebabkan pasang air laut meningkat," ujar Dyan.

Dyan juga menyoroti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi secara terus-menerus menambah volume air di daratan yang sudah terpengaruh oleh pasang.

"Hujan menambah volume air di daratan yang sudah terkena pasang," ungkapnya.

Selain itu, angin kencang di laut dapat menyebabkan gelombang tinggi yang mendorong air semakin jauh ke daratan.

Dyan memperingatkan potensi banjir rob pada bulan ini meningkat karena adanya fenomena perigee pada 7 Januari 2025 dan siklus bulan purnama pada 13 Januari ini yang berpotensi mengakibatkan peningkatan tinggi muka air laut pada periode tersebut.

Dengan meningkatnya frekuensi banjir rob, masyarakat di pesisir utara Jakarta diharapkan untuk tetap waspada dan mempersiapkan diri menghadapi dampak yang mungkin ditimbulkan.

Sumber