Bantah Deindustrialisasi, Wamenperin: Banyak Investor Asing Mau Tanam Modal di RI
Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut bahwa pemerintah kebanjiran minat investasi asing yang ingin membangun industri di Indonesia. Hal ini dinilai menjadi bantahan klaim sejumlah pihak yang menyebut bahwa manufaktur Tanah Air menuju deindustrialisasi.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan, minat investasi yang masuk saat ini datang dari berbagai sektor industri, mulai dari tekstil, otomotif hingga industri logam. Dia meyakini bahwa Indonesia masih menjadi lokasi potensial untuk pengembangan industri.
"Kami justru hari ini merasa sangat sibuk karena begitu banyak pihak yang ingin mengembangkan industri di Indonesia, terutama beberapa investor dari luar," kata Faisol dalam agenda soft launching pabrik Daikin di Cikarang, Kamis (12/12/2024).
Faisol tak memberikan detail lebih lanjut terkait potensi nilai investasi yang akan masuk. Kendati demikian, dengan kondisi investor yang berbondong-bondong masuk ke Indonesia menunjukkan bahwa proses investasi di Tanah Air tidak sulit.
"Ini sangat bagus situasinya, tinggal apakah kita bisa cepat menangkap peluang ini. Ada pembicaraan tapi belum sampai komitmen baru pembicaraan awal," imbuhnya.
Di samping itu, dia pun menilai bahwa kepercayaan global terhadap Indonesia juga dipengaruhi kondisi geopolitik hingga hubungan perang dagang antara China dan Amerika yang dinilai makin sulit untuk diperbaiki.
"Ada beberapa perusahaan mencari lokasi di negara-negara lain, termasuk di Indonesia tetapi banyak perusahaan yang sekarang berkomitmen untuk bisa masuk menjadi bagian dari industri," tuturnya.
Lebih lanjut, Faisol mengungkap untuk menggairahkan dan memikat investor, pemerintah juga tengah menyiapkan paket-paket insentif untuk investasi baru yang berkomitmen menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
Paket kebijakan stimulus tersebut masih dibicarakan oleh sejumlah kementerian/lembaga (k/l) di bawah Kementerian Koordinator Perekonomian. Dia menuturkan, dalam waktu dekat insentif tersebut akan disampaikan ke publik.
Dalam hal ini, Faisol menyoroti investasi yang ditanamkan oleh PT Daikin Industries Indonesia (DIID) untuk membangun pabrik AC full scale pertama di Indonesia dengan investasi senilai Rp3,3 triliun. Pabrik tersebut akan beroperasi penuh pada pertengahan tahun 2025 dengan kapasitas 1,5 juta set.
Dia melihat perusahaan asal Jepang tersebut mampu berkomitmen untuk mengembangkan industri berkelanjutan dengan memanfaatkan EBT dan secara bertahap memaksimalkan energi panel surya untuk operasional pabrik.
"Kami juga melihat sendiri bagaimana Daikin benar-benar berkomitmen untuk mencapai TKDN [tingkat komponen dalam negeri] dan upaya mencapai proses produksi yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Kami berharap langkah Daikin dapat menginspirasi perusahaan lain untuk berkontribusi dalam menciptakan industri yang lebih kuat dan berkelanjutan," pungkasnya.