Beda Hasil Survei Pilkada Jakarta LSI dan Poltracking Diselidiki, Ada Lembaga yang Berbohong?
JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Poltracking baru-baru ini telah merilis hasil perolehan survei untuk Pilkada Jakarta 2024.
Namun, hasil survei dua lembaga itu menuai polemik karena hasilnya cukup berbeda.
Padahal, waktu survei dua lembaga tersebut dilakukan pada waktu yang berdekatan, yaitu LSI pada 10-17 Oktober 2024 dan Poltracking pada 10-16 Oktober 2024.
Survei LSI menunjukan elektabilitas pasangan nomor urut 03, Pramono-Rano memiliki elektabilitas tertinggi dengan dipilih oleh 42,6 persen responden.
Sementara, pasangan nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono berada di posisi kedua dengan tingkat keterpilihan sebesar 37,4 persen.
Sedangkan perolehan elektabilitas pasangan nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana cenderung stagnan sebesar 6,6 persen.
Sementara, menurut hasil survei Poltracking, pasangan Ridwan Kamil-Suswono memimpin dengan elektabilitas 51,6 persen.
Lalu, pasangan Pramono-Rano berada di urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 36,4 persen.
Sementara, paslon independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, elektabilitasnya sebesar 3,9 persen.
Persepi Turun Tangan
Menanggapi perbedaan hasil survei ini, Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) selaku organisasi yang menaungi lembaga survei di Indonesia turun tangan.
Persepi bakal memanggil LSI dan Poltracking untuk dimintai keterangan terkait perbedaan yang signifikan tentang hasil survei elektabilitas calon gubernur dan calon wakil gubernur Pilkada Jakarta 2024.
"Pertama, meminta penjelasan mengapa (hasil survei) mereka berbeda," kata anggota Dewan Etik Persepi Saiful Mujani saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (25/10/2024).
Jika dari pemanggilan tersebut survei yang dilakukan kedua pihak ternyata tidak sesuai kaidah, Dewan Etik Persepi akan melakukan audit forensik.
Jika audit forensik tidak juga menjawab perbedaan tersebut, kata Saiful, akan dilakukan survei ulang yang dilakukan oleh Persepi dengan melibatkan kedua lembaga survei.
"Tiga tahap tersebut kami yakin menjawab mengapa terjadi perbedaan," imbuh dia
RIDO Minta Persepi Cari Lembaga Survei yang Berbohong
Menanggapi polemik dua survei itu, Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil menilai, hasil survei tidak bisa menjadi satu-satunya alat ukur untuk memahami peta politik.
Hal itu karena setiap lembaga survei memiliki metode pengumpulan data yang berbeda, mulai dari pemilihan sampel hingga cara pengolahan data.
Oleh sebabnya, dia tak ingin ambil pusing terkait dengan hasil survei LSI dan Poltracking. Justru, mantan Gubernur Jawa Barat itu menjadikan hasil survei sebagai evaluasi diri.
"Survei itu bukan penentu takdir. Justru ada puluhan lembar yang kita baca, oh disukai golongan tertentu, pendidikan tertentu," ujar Ridwan kepada media di DPD Golkar Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (25/10/2024).
"Jadi, mau baik mau buruk, bagi saya adalah evaluasi saja. Survei itu adalah untuk mengevaluasi diri," tambah dia.
Pasangan Ridwan Kamil, Suswono, menyerahkan sepenuhnya kepada Dewan Etik Persepi untuk memanggil Poltracking dan LSI.
Nantinya, Persepilah yang akan menentukan apakah ada dugaan kebohongan atau tidak yang dilakukan oleh salah satu lembaga survei.
"Ada etikanya, ada kode etiknya. Kita tunggu saja setelah dipanggil, siapa yang sebetulnya melakukan kebohongan, intinya begitu," ucap Suswono.
Pramono Anung Enggak Mau Tahu
Calon gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung enggan berkomentar soal elektabilitasnya menurut survei dua lembaga, Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Poltracking, yang menunjukkan perbedaan signifikan kendati digelar dalam waktu hampir bersamaan.
Ketimbang memikirkan survei, Pramono lebih memilih fokus melanjutkan kampanyenya.
"Saya dua-duanya enggak mau tahu, yang saya mau tahu besok saya mau (kampanye) ke mana," kata Pramono di Cengkareng Timur, Jakarta Barat, Jumat (25/10/2024).
Politikus PDI Perjuangan itu mengaku tidak begitu memperhatikan hasil survei elektabilitas Pilkada Jakarta.
"Enggak (melihat survei), gimana mau melihat survei? Survei saya awalnya nol," kata Pramono.
Namun, Pramono mengaku bersyukur atas elektabilitas yang ia peroleh saat ini. Dia meminta seluruh timnya tetap bekerja keras untuk memaksimalkan kampanye.
Meski begitu, Pramono enggan membandingkan upaya mereka dengan pasangan calon dalam merebut suara warga Jakarta.
"Saya pribadi sudah mengatakan ke tim, udahlah, kita fokus aja, tetap bersosialisasi seperti biasa. Karena saya selama ini jujur enggak pernah lihat apa yang dilakukan oleh calon lain. Saya hanya fokus pada apa yang saya lakukan," tutup Pramono.