Belasan Pedagang Asongan di Ancol Keluhkan Harus Jual Merchandise dengan Untung Tipis

Belasan Pedagang Asongan di Ancol Keluhkan Harus Jual Merchandise dengan Untung Tipis

JAKARTA, KOMPAS.com - Belasan pedagang asongan di Ancol, Jakarta Utara, mengungkap berbagai keluh kesahnya ke Anggota DPRD Komisi C Dapil 3 Tri Waluyo.

Keluhan itu disampaikan saat Tri meninjau Ancol jelang perayaan malam tahun baru 2025.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com di lokasi, pertemuan Tri dengan belasan pedagang tersebut dilakukan di kantin dekat Dufan.

Tri mengatakan, sebenarnya para pedagang itu sudah datang ke posko pengaduannya sejak dua bulan lalu.

"Mereka datang ke posko udah lama, kayanya dua bulan lalu. Ya, udah sekalian kita tinjau Ancol sekarang," ucap Tri saat diwawancarai Kompas.com, (31/12/2024).

Dalam pertemuan itu, salah satu pedagang bernama Fauzi (43) mengeluh karena adanya program baru dari Ancol untuk menertibkan para pedagang asongan.

Dalam program tersebut, para pedagang asongan di dalam Ancol tidak lagi memiliki gerobak sendiri-sendiri.

Namun, dalam penertiban tersebut Ancol memberlakukan satu gerobak diisi dua pedagang asongan.

Selain itu, Ancol juga membantu para pedagang agar bisa berdagang tanpa modal.

Caranya, mereka menyuplai berbagai macam merchandise untuk para pedagang asongan.

Jadi, para pedagang yang ingin berdagang tinggal mengambil stok barang di Ancol.

Namun, kebijakan itu dianggap memberatkan oleh sebagian pedagang.

"Kebijakannya sangat memberatkan banget, termasuk satu gerobak dua orang, kan kita punya koperasi harganya jauh banget sama yang kita dagangin," ucap Fauzi.

Misalnya, jika ia mengambil barang dari koperasi tempat ia membeli dagangan, ia bisa menjual ke pembeli dengan harga Rp 25.000-30.000.

Pasalnya, harga belanja di koperasi disebut masih terjangkau.

Sedangkan jika ia mengambil barang dagangan dari Ancol, maka harga topi yang dijual bisa mencapai Rp 50.000.

Fauzi juga berkeberatan dengan pembagian hasil yang diterapkan dalam program baru Ancol.

Misalnya, pedagang mengambil barang berupa kacamata dari pihak Ancol seharga Rp 25.000, kemudian dijual ke pembeli seharga Rp 50.000.

Artinya, dari Rp 50.000 yang didapatkan, pedagang harus menyetor ke Ancol sebesar Rp 25.000.

Sedangkan keuntungan Rp 25.000 lagi harus pedagang bagi dua dengan pedagang yang satu gerobak dengannya.

"Katanya keuntungan bagi dua separuh untuk kita, separuh untuk Ancol. Tapi, ternyata disuruh bagi dua lagi ama pedagang yang satu gerobak dengan kita," jelas Fauzi.

Pedagang lain bernama Muhammad Uci (39) mengeluhkan hal serupa.

"Ancol mengatur satu gerobak dua orang, biasanya kan kami satu gerobak satu orang, jadi bingung," ucap Uci, Selasa.

Terkait keluhan para pedagang, Tri berjanji akan memediasi pihak Ancol dengan para pedagang.

"Kita akan koordinasikan dengan pihak Ancol sendiri, untuk dicari penyelesaian masalahnya," sambung dia.

Kompas.com telah menghubungi Humas Taman Impian Jaya Ancol Ariadi Eko Nugroho untuk mengonfirmasi soal keluhan para pedagang. Namun, ia enggan menanggapinya sekarang.

"Saya akan kasih statement, tapi tidak sekarang. Karena kami masih evaluasi juga," kata Eko.

Sumber