Benarkah Oknum Prajurit TNI AL Dikeroyok Sebelum Tembak Bos Rental Mobil?

Benarkah Oknum Prajurit TNI AL Dikeroyok Sebelum Tembak Bos Rental Mobil?

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus penembakan bos rental mobil CV Makmur Raya di Rest Area Kilometer 45 Tangerang-Merak sempat diduga berawal dari pengeroyokan terhadap anggota TNI Angkatan Laut (AL) oleh pihak rental.

Dugaan ini berdasarkan informasi awal yang diterima TNI AL sebagaimana disampaikan saat konferensi pers pada 6 Januari 2025.

Dugaan pengeroyokan itu sempat menambah rentetan panjang kronologi kasus penembakan bos rental mobil, Ilyas Abdurrahman, sebelum akhirnya terbantahkan melalui rekonstruksi di tempat kejadian perkara (TKP) pada Sabtu (11/1/2025) dini hari.

Lantas, bagaimana bisa muncul dugaan pengeroyokan prajurit TNI AL? Siapa yang pertama kali menyampaikan dan bagaimana bisa terbantahkan?

Dugaan pengeroyokan terhadap prajurit TNI AL dalam kasus penembakan bos rental mobil bermula dari pernyataan Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) RI Laksamana Madya (Laksdya) TNI, Denih Hendrata.

Denih mengungkapkan, ada tiga anggotanya yang terlibat dalam kasus penembakan bos rental mobil, yakni Sertu AA, sertu RH dan KLK BA.

Kemudian, Denih menyebutkan, awalnya dia mendapatkan laporan bahwa tiga anggotanya itu dikeroyok oleh sekitar 15 orang tak dikenal.

"Saya pertama kali mendapat laporan terkait insiden ini pada tanggal 2 Januari 2025 malam sekitar pukul 20.00 dari Asintel Pangkoarmada RI, bahwa tiga anggota yang pada saat itu berada di Pangkalan Pondok Dayung yaitu Sertu AA, Sertu RH, dan KLK BA," kata Denih dalam konferensi pers, Senin (6/1/2025).

"Mereka mengalami pengeroyokan oleh sekitar 15 orang tak dikenal di Rest Area Km 45 Tol Merak-Tangerang," ujar dia melanjutkan.

Menurut dia, insiden pengeroyokan yang berujung pada penembakan itu berpangkal dari persoalan jual-beli mobil.

Kemudian, Pangkoarmada RI mengatakan, salah satu anggota TNI yang membawa senjata api (senpi) merasa terdesak akibat dikeroyok.

Oleh karenanya, menurut Denih, dugaan sementara bahwa senjata api itu digunakan karena dalam kondisi mendesak untuk membela diri.

“Kalau seandainya dihadapkan pada pengeroyokan berarti kan sebetulnya kan sama-sama tidak tahu siapa yang akan mati. Jadi, kita saja kalau terdesak ya pasti akan mencari, akan bela diri, akan mencari benda untuk membela diri, mengamankan. Ini mungkin ada senjata api dan itu pun senjata apinya kan itu kan dibawa. Mungkin sementara itu,” ujar Denih.

Anak korban, Agam Muhammad Nasrudin membantah pernyataan Pangkoarmada bahwa ada dugaan pengeroyokan terhadap prajurit TNI AL.

Sambil menangis, Agam menyayangkan pernyataan tersebut sembari menjelaskan versi keluarga korban saat kejadian.

"Ada statement tadi pengeroyokan, kita tuh tidak mengeroyok dari awal kita sudah menyarankan persuasif waktu di Saketi,” kata Agam sambil menangis.

"Tapi, tiba-tiba ini kita mendengar ada statement pengeroyokan, aduh merasa susah banget mencari keadilan tuh di negara ini menurut saya karena enggak sesuai sama fakta yang sebenarnya terjadi," ujarnya lagi.

Agam menjelaskan bahwa rombongan mereka sebelumnya merasa terancam oleh oknum TNI yang membawa mobil Honda Brio berwarna oranye milik rental ayahnya.

Dia menyebut bahwa tidak ada pengeroyokan dalam kejadian tersebut. Sebaliknya, Agam mencoba melindungi ayahnya dari ancaman pistol.

"Kita tuh tidak mengeroyok, waktu bapak saya memeluk di di rest area, waktu itulah dia (oknum TNI) yang menodongkan pistol di Saketi," kata Agam menjelaskan.

"Makanya ada di video itu kan terdengar ‘mana pitol kamu? Mana pistol kamu? Jatuhkan’. Bapak saya cuma menyelamatkan untuk menghindari pistol tersebut," ujarnya lagi.

Adapun rekonstruksi yang digelar di TKP, pada Sabtu dini hari tersebut mengungkap salah satu fakta penting bahwa tidak terjadi pengeroyokan seperti yang disampaikan sebelumnya.

Hal ini ditegaskan oleh Rizki Syahputra, anak korban, yang turut hadir menyaksikan rekonstruksi tersebut.

"Saya bisa menyimpulkan bahwa memang reka adegan sudah sesuai, seperti yang kami saksikan, dan untuk pengeroyokan tidak ada. Di rekonstruksi ini juga tidak ada, sudah sesuai rekonstruksinya secara keseluruhan," ujar Rizki kepada awak media, Sabtu.

Ia menambahkan bahwa rekonstruksi yang diperagakan secara detail telah menggambarkan kejadian yang sebenarnya di lapangan.

“Ya, kami dari pihak keluarga hadir dalam rekonstruksi malam ini, meskipun sebenarnya saya masih trauma dengan kejadian yang menimpa ayah saya, apalagi saya melihat kembali langsung lokasi ini,” katanya.

Selain memastikan tidak ada pengeroyokan, rekonstruksi juga mengungkap bahwa Ilyas Abdurahman ditodong senjata dua kali sebelum akhirnya ditembak oleh pelaku.

Menurut Rizki, ayahnya ditembak sebanyak empat kali dari jarak dekat.

Klaimnya terbantahkan oleh hasil rekonstruksi, Pangkoarmada RI menyebut pengeroyokan merupakan laporan awal yang dia terima sebelum mengetahui peristiwa penembakan.

Oleh karenanya, perlu dilakukan pembuktian terlebih dahulu terkait laporan tersebut.

"Mengenai pengeroyokan itu yang saya sampaikan berdasarkan informasi awal dan video yang saya terima," kata Denih kepada Kompas.com, Minggu (12/1/2025).

"Laporan ini harus ada pembuktian dan semua pembuktian itu melalui proses penyelidikan lanjutan oleh Puspomal bekerja sama dengan Polda Banten," ujarnya lagi.

Setelah rekonstruksi, pengusutan terhadap kasus ini harus berlanjut hingga sidang di pengadilan militer.

"Alhamdulillah rekonstruksi sudah dilaksanakan dan kita semua mengetahui hasil rekonstruksi tersebut," imbuh dia.

Dirinya menegaskan TNI AL mengikuti aturan yang berlaku. Dalam hal ini, Denih akan menindak tegas prajurit TNI yang terbukti melanggar hukum.

Sumber