Bentrokan Maut Warga Vs Pekerja Proyek di Tanah Abang, Miskomunikasi yang Merenggut Nyawa
JAKARTA, KOMPAS.com - Bentrokan yang terjadi di Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, menewaskan seorang operator excavator berusia 71 tahun, AS.
Kejadian ini berlangsung pada Selasa, 17 Desember 2024, ketika sekitar 30 warga menyerang lokasi proyek yang berada di tengah pemukiman mereka.
Kapolsek Tanah Abang, AKBP Aditya Simanggara Pratama, menjelaskan bahwa pihak kepolisian sedang menyelidiki lebih dalam mengenai penyebab kematian AS.
Dari pemeriksaan awal terhadap lima pekerja proyek dan lima warga yang menyaksikan kejadian tersebut, polisi menduga masalah ini berakar dari miskomunikasi antara pekerja proyek dengan warga sekitar.
“Dugaan awal dan berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi sampai dengan saat ini, itu diduga ada miskomunikasi antara warga sekitar kelurahan Kebon Kacang dengan para pekerja. Untuk pastinya masih kami dalami, sekarang sedang berproses,” ujar Aditya kepada Kompas.com, Kamis (19/12/2024).
Kapolsek juga menekankan bahwa bentrokan ini tidak berkaitan dengan permasalahan suku atau ras.
“Perlu kami luruskan, ini bukan bentrokan antara kelompok suku. Jadi, kemarin hari Selasa sekitar pukul 16.30 WIB, diduga ada 30 warga sekitar kelurahan Kebon Kacang itu mendatangi para pekerja yang sedang bekerja membersihkan lahan di salah satu milik PT, sedang melakukan land clearing,” tegasnya.
Belum diketahui apa motif bentrokan tersebut. Namun polisi memastikan bukan sengketa lahan yang menyebabkan bentrokan antara kedua kelompok.
Dari penyelidikan yang dilakukan, polisi meyakini bahwa masalah lahan ini bukan disebabkan oleh sengketa tanah.
Sebab status kepemilikan tanah sudah jelas dan tidak ada masalah terkait lahan tersebut.
“Kemudian, untuk pengerjaan di lahan ini sudah berjalan sejak tiga bulan yang lalu. Ini bukan lahan sengketa, statusnya jelas secara hukum jelas. Tidak ada masalah dengan lahan,” tambahnya.
Untuk mempercepat proses identifikasi, pihak kepolisian telah mengamankan rekaman CCTV di tiga titik sekitar tempat kejadian.
“Saat ini kami sudah mengamankan tiga titik CCTV, sedang kami dalami. Kemudian juga, kami sedang menambah titik-titik lain untuk mendapatkan CCTV-CCTV sehingga mendapatkan gambaran yang utuh terkait bentrokan kemarin,” lanjut Kapolsek.
Menurut keterangan dari saksi mata, Rianti (bukan nama sebenarnya), bentrokan ini dimulai pada siang hari, tepat setelah warga selesai menjalankan ibadah shalat dzuhur.
“Jam 12.00 WIB siang itu mulai ramai-ramai, ada yang berantem,” ungkap Rianti, yang sedang menjaga warung nasi di dekat lokasi kejadian.
Rianti menyatakan puluhan warga datang ke lahan proyek dengan membawa senjata tajam, seperti golok dan katana.
Keributan berlangsung selama beberapa jam hingga polisi tiba sekitar pukul 16.30 WIB.
“Banyak, tapi enggak kehitung berapa (yang datang), di atas 20 orang. Mereka datang bawa golok, panjang gitu kayak samurai,” ujarnya.
Dia juga menyebutkan bahwa warga datang secara tiba-tiba tanpa adanya adu mulut sebelumnya.
Warga menguasai lahan proyek dan bentrokan baru berakhir ketika polisi tiba.
Saat itu, AS ditemukan tersungkur dengan luka parah akibat sabetan senjata.
Sayangnya, AS meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pelni.
Setelah insiden tersebut, polisi segera melakukan patroli untuk mengantisipasi bentrokan susulan.
Rianti melaporkan bahwa pada pukul 20.00 WIB, anggota Brimob juga ikut melakukan patroli di lokasi hingga subuh keesokan harinya.
Penjagaan masih terus dilakukan pada hari Rabu sambil polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) lebih lanjut.
Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi yang baik antara pihak-pihak terkait untuk mencegah terjadinya konflik yang merugikan banyak orang.