Bernadetha Ditipu “Pengusir Setan”...
JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang nenek di Sunter Jaya bernama Bernadetha (66) menjadi korban penipuan dari komplotan “pengusir setan” pada Jumat (1/11/2024).
Para pelaku yang diduga lebih dari dua orang ini melancarkan aksinya saat mereka bertemu korban di Pasar Sunter Kirana, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Peristiwa bermula saat Bernadetha tiba-tiba dihampiri oleh dua perempuan tak dikenal. Mereka menawarkan bantuan hendak mengusir setan yang disebut kerap menggentayangi kediaman lansia tersebut.
“Karena pelapor menginjak darah (orang meninggal dunia) di (sebuah) persimpangan, dan setan tersebut mau membawa anak pelapor,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi di Polda Metro Jaya, Selasa (12/11/2024).
Karena korban khawatir kehilangan anaknya, Bernadetha pun menerima tawaran tersebut. Namun, pelaku memberikan beberapa syarat agar ritual mengusir setan di rumahnya berjalan dengan baik.
Pelaku meminta agar korban memberikan emas dan uang tunai sebagai jaminan untuk berjalannya ritual mengusir setan.
“Akhirnya diajak oleh kedua orang tersebut untuk ikut menemui dua orang lainnya (diduga pelaku lain),” ungkap Ade Ary.
Pelaku pun kembali ke rumah untuk mengambil uang dan emas sesuai permintaan pelaku. Korban pun memasukkannya ke dalam sebuah tas.
Setelah menyerahkan uang tunai serta emas, pelaku tiba-tiba menginformasikan bahwa ritual mengusir setan di rumah korban batal.
Pelaku pun mengembalikkan tas korban dan pergi meninggalkan nenek tersebut.
Hanya saja, Bernadetha tidak sadar bahwa isi di dalam tasnya sudah ditukar dengan barang lain.
“Isinya telah ditukar menjadi dua botol air dan tiga bungkusan garam, sehingga korban mengalami kerugian Rp 500 juta,” kata Ade Ary.
Berdasarkan pengakuan korban, komplotan “pengusir setan” ini beraksi lebih dari dua orang.
“Ini sindikatnya ya, tiga perempuan dan satu laki-laki. Penipuan dengan modus ritual mengusir setan,” pungkas Ade Ary.
Terlepas dari kejadian ini, tindakan Bernadetha yang disebut memercayai adanya setan atau tahayul menguat.
Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto menjelaskan, seseorang yang memercayai tahayul merupakan suatu tindakan atau perilaku yang tidak masuk akal.
“Pada saat masyarakat tidak bisa menemukan jawaban secara rasional, maka pilihannya adalah jalan agamis atau jalan irrasional (tidak rasional),” kata Bagong saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/11/2024).
Oleh karena itu, ketika warga tidak berdaya dan dilanda ketakutan, dia akan memilih jalan irrasional yang tidak masuk akal.
“Soal setan adalah hal yang tidak bisa dipecahkan secara rasional. Jadi, kalau mudah tertipu karena takut, sangat bisa dipahami,” tegas dia.