Bicara Radikalisasi, Ibas Sampaikan 4 Pilar Kebangsaan buat Perkuat Bangsa

Bicara Radikalisasi, Ibas Sampaikan 4 Pilar Kebangsaan buat Perkuat Bangsa

Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan bahwa ada empat pilar kebangsaan yang harus diterapkan di kehidupan. Ia menyebut toleransi, kasih sayang, dan kesejahteraan adalah langkah konkret untuk menangkal radikalisme. Hal ini ia sampaikan di acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI yang mengusung tema "Berbeda Tetap Satu Perkuat Sosial, Lawan Radikalisme".

Dalam acara yang digelar pada Kamis (12/12) Ibas menuturkan bahwa sikap toleransi tak hanya dijaga dalam konteks keagamaan dan budaya, tapi juga berkehidupan. Hal ini tentunya dapat memastikan pembangunan serta peningkatan kesejahteraan merata di seluruh negeri.

Acara ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Hadir pula, M. Syauqillah, Ketua Program Studi Kajian Terorisme, Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia.

"Mengenai Bhinneka Tunggal Ika dan deradikalisasi, ada dua hal yang sangat penting untuk kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sebagai pimpinan MPR dan wakil rakyat, tentu saya juga ingin menyampaikan bahwa pentingnya 4 pilar kebangsaan dalam kehidupan kita," ungkap Ibas dalam keterangan tertulis, Jumat (13/12/2024).

"Pancasila sebagai landasan nilai-nilai dasar, Undang-Undang 1945 adalah sebagai dasar hukum yang mengatur bangsa dan negara kita. NKRI sebagai fondasi yang menjaga keutuhan bangsa, dan Bhinneka Tunggal Ika, seperti Pancasila sebagai The Living Ideology (ideologi yang hidup dalam setiap tekad dan perilaku) dalam menjaga persatuan. Berbeda-beda tetapi tetap satu," paparnya.

Ibas menjelaskan bahwa Konsep Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi satu, menjadi penting dalam memperkuat persatuan bangsa. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, keberagaman ini terkadang bisa menjadi celah yang dimanfaatkan pihak atau kelompok tertentu, untuk menyebarkan ideologi yang radikal, ekstrim, yang bisa merusak kedamaian dan kerukunan sosial.

"Sehingga tentu pertanyaannya, apa sesungguhnya deradikalisasi? Deradikalisasi adalah sebuah proses yang mengubah pola pikir yang ekstrem menjadi lebih moderat," tutur Ibas.

Ibas mengatakan bahwa radikalisme di Indonesia biasanya disebabkan oleh beberapa hal. Hal tersebut adalah ketidakadilan sosial karena tidak adanya kesetaraan dalam ekonomi, masuknya paham pengaruh ideologi yang ekstrim dengan pemahaman yang salah, ketidakpuasan dalam sistem politik dan pemerintahan, dan perbedaan dialog antara bermacam agama.

Oleh karena itu, diperlukan integrasi Bhinneka Tunggal Ika dalam deradikalisasi. Salah satunya adalah dengan membangun kesadaran toleransi karena perbedaan adalah bagian dari kekayaan bangsa.

"Kita harus toleran, sesama mahasiswa, sesama kampus, di antara kampus yang lain pun harus toleran. Kita harus tahu bagaimana kita menjaga sikap toleransi tidak hanya beragama, berbudaya, tetapi juga berkehidupan," pungkasnya.

Dari sisi pendidikan, diperlukan pendidikan berbasis pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini berkaitan dengan kesadaran pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan. Tak kalah penting, diperlukan juga ruang dialog lintas agama dan budaya untuk mengurangi kesalahpahaman.

"Agar agama, budaya, berbagai macam tokoh juga dapat memberikan ruang, kesempatan yang tepat dalam berkomunikasi dalam keharmonian," ujar Ibas.

Selain itu, Ibas berpendapat bahwa pembangunan dan peningkatan kesejahteraan agar merata juga perlu dipastikan. Dari sisi parlemen, Ibas menjelaskan bahwa MPR RI sedang memikirkan bagaimana produk pilar kebangsaan ini menjadi mata pelajaran di sekolah.

"Kita ingin kesempatan pendidikan, kesempatan kesehatan, kesempatan untuk mendapatkan fasilitas publik dari negara harus juga dapat dirasakan oleh semua masyarakat yang ada di Indonesia," katanya.

"Tidak hanya di SD, SMP, dan seterusnya. Dengan cara yang tepat, dengan penyajian yang terukur dan sesuai agar ke depan bangsa kita punya kekokohan dalam pemikiran. Supaya generasi Z, generasi alpha, dan seterusnya juga masih mengetahui dan tahu tentang cita-cita bangsa kita, tentang pilar-pilar kebangsaan kita," lanjutnya.

Menurut Ibas, kita juga perlu mengawal dan mendukung pemerintah dalam menciptakan program pro rakyat berkeadilan.

"Pemberdayaan ekonomi, peningkatan keterampilan melalui peluang-peluang kerja agar bonus demografi mahasiswa-mahasiswi yang akan menempati ruang-ruang kerja ini juga bisa mendapatkan peluang yang sama, atau setidaknya para mahasiswa-mahasiswi juga memiliki pikiran bagaimana suatu saat juga bisa menciptakan pekerjaan-pekerjaan, lapangan-lapangan pekerjaan," jelasnya.

Lebih lanjut, mengajak para peserta yang hadir, terutama generasi muda untuk berperan aktif dengan semangat Pancasila, UUD'45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

"Deradikalisasi yang didasarkan pada prinsip Bhinneka Tunggal Ika akan membantu mengurangi potensi radikalisasi di masyarakat. Dengan demikian, hebatnya negara kita, baiknya negara kita, beruntungnya negara kita, karena kita memiliki empat pilar kebangsaan dan kita semua yang ada di sini, punya peran yang besar, peran yang benar-benar harus kita teruskan," pungkasnya

"Bagaimana generasi muda kita, anak cucu kita ke depan yang terus menguasai, mahir dalam penggunaan teknologi, atau yang sering kita dengar sebagai digital savvy (kemampuan untuk menggunakan teknologi digital secara efektif dan cerdas) dan punya kemampuan yang dapat terus menciptakan narasi positif, unggul, yang dapat mengurangi atau mengentaskan laju-laju radikalisme di negara Indonesia," lanjut Ibas.

"Perjuangan panjang bangsa ini terasa ringan jika dilakukan bersama-sama. Mari, satukan langkah demi kemajuan besar kita. Bunga melati, harum mewangi, tumbuh subur di taman surgawi. Empat pilar kita jadikan strategi, bersama kita lawan radikalisasi," tutup Ibas.

Senada, Syauqillah menyampaikan bahwa saat ini kita harus mendukung kebijakan pemerintah dalam memperkuat langkah strategis mengatasi radikalisme.

"Pemerintah terus memperkuat langkah-langkah strategis dalam mengatasi radikalisme yang mengancam ideologi negara. Melalui Prinsip Asca Cita, yang menjadi landasan pemerintahan periode 2024-2029, pemerintah berkomitmen untuk memperkokoh Pancasila sebagai dasar utama dalam melindungi keutuhan bangsa," ucapnya

"Langkah ini mencerminkan sinergi antara penguatan nilai-nilai kebangsaan dan penegakan hukum yang efektif, sebagai upaya nyata dalam menjaga stabilitas nasional dan memerangi radikalisme secara menyeluruh dan kita harus mengawal serta mendukung dengan kerja sama," lanjut Syauqillah.

Salah satu peserta acara, Maria Anantasya dari Universitas Pertahanan RI menyampaikan apresiasi atas partisipasinya dan teman-temannya dalam acara ini.

"Senang sekali, kami sebagai generasi muda dilibatkan dalam sosialisasi 4 pilar kebangsaan ini. Apalagi ada Pak Ibas, sehingga kami sangat tertarik mendengarkan materi yang disampaikan. Untuk Mas Ibas terima kasih atas wawasan-wawasan baru yang diberikan pada kami. Semoga sebagai generasi muda, kita bisa berkontribusi," katanya.

Simak juga video Ibas soal Coding Diajarkan di SD-SMP Bagus Bagi Negara Kita

[Gambas Video 20detik]

Sumber