BMKG Prediksi Jakarta Diguyur Hujan Saat Pergantian Tahun, Namun Tak Separah 2019 ke 2020
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya pada momentum pergantian tahun 2024 ke 2025.
Namun, curah hujan yang terjadi diperkirakan tidak akan setinggi malam pergantian tahun 2019 ke 2020, hingga mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah.
“Prediksi untuk di tahun baru ini memang masih ada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat seperti itu. Namun, jika menurut pantauan kami jika dibandingkan dengan tahun 2020 mungkin intensitasnya tidak setinggi itu,” ujar Prakirawan BMKG Idhan Abu Bakar dalam program Obrolan Newsroom Kompas.com, Rabu (11/12/2024).
Menurut Idhan, hujan pada malam pergantian tahun 2019 ke 2020 memang tercatat sebagai yang tertinggi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
“Itu memang curah hujan tertinggi itu di tahun 2020 sebesar 377 milimeter dalam 24 jam waktu itu,” jelas Idhan.
Meski begitu, Idhan menekankan bahwa kondisi cuaca bersifat dinamis. Prakiraan BMKG bahwa Jakarta akan diguyur hujan pada pergantian tahun 2024 ke 2025 juga masih bisa berubah.
Atas dasar itu, dia mengimbau masyarakat untuk selalu memantau perkembangan informasi prakiraan cuaca yang rutin dilaporkan oleh BMKG.
“Memang karena untuk dinamik atmosfer ini saat dinamis mas ya. Jadi memang kami harus memantau terus, dan terus akan meng-update informasinya ke masyarakat melalui website resmi dari BMKG,” pungkas Idhan.
Untuk diketahui, banjir hebat sambut warga Jakarta, Tangerang, dan Bekasi pada Tahun Baru, buntut dari hujan yang tak kunjung berhenti mengguyur di malam pergantian tahun 31 Desember 2020. Berjam-jam hujan tak kunjung surut.
Namun, perayaan Tahun Baru ketika itu masih tetap gegap gempita digelar di berbagai titik di ibu kota. Usai tengah malam, warga kembali ke rumah dan beristirahat.
Tanpa disangka, pagi harinya, warga dikejutkan dengan bencana yang sudah di depan mata. Masyarakat bukan hanya dipusingkan dengan tingginya genangan air di sekitar rumah mereka, tetapi juga mengalami krisis listrik, air, dan mobilitas.
Akibat banjir, Perusahaan Listrik Negara (PLN) memadamkan listrik selama sekitar satu hari guna menghindari terjadinya korsleting.
Sementara, luapan banjir membuat transportasi umum Jabodetabek seperti Commuter Line dan Bus TransJakarta tidak beroperasi di beberapa rute.