Boeing Sepakati Penyelesaian dengan Keluarga Korban 737 MAX
Raksasa penerbangan Amerika Serikat (AS), Boeing, menyepakati penyelesaian pada menit-menit akhir pada Senin (11/11) dengan keluarga salah satu korban kecelakaan 737 MAX tahun 2019 lalu. Kesepakatan ini menghindarkan Boeing dari persidangan kasus perdata di pengadilan federal AS.
Tiga sumber yang memahami kasus tersebut, seperti dilansir AFP, Selasa (12/11/2024), mengungkapkan bahwa penyelesaian telah disepakati di luar pengadilan. Namun informasi detail soal kesepakatan penyelesaian itu tidak diungkap ke publik.
Jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX yang dioperasikan maskapai Ethiopian Airlines tahun 2019 lalu, menewaskan sedikitnya 157 orang. Sidang gugatan perdata untuk kecelakaan tragis itu dijadwalkan akan digelar mulai Selasa (12/11) waktu setempat di Chicago, AS.
Sidang perdata itu awalnya melibatkan enam penggugat, namun menurut sumber yang memahami gugatan ini, sejauh ini semuanya telah diselesaikan di luar pengadilan kecuali satu penggugat.
Persidangan pada Selasa (12/11) waktu setempat akan digelar untuk memberitahu hakim Jorge Alonso soal kesepakatan penyelesaian tersebut. Persetujuan hakim Alonso dibutuhkan agar penyelesaian yang disepakati bisa diresmikan.
Gugatan yang tersisa melibatkan Manisha Nukavarapu, seorang wanita kelahiran India yang berada di dalam pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan Ethiopian Airlines, dengan nomor penerbangan ET302, yang jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Addis Ababa pada 10 Maret 2019.
Pengacara yang mewakili keluarga korban yang mengajukan gugatan belum memberikan komentar mereka atas laporan ini.
Dokumen pengadilan pada Juni 2023 lalu menyebutkan bahwa keluarga dari 115 korban mengajukan gugatan terhadap Boeing atas tuduhan kematian yang tidak wajar dan kelalaian, di antara tuduhan lainnya. Rentetan gugatan hukum itu diajukan antara April 2019 hingga Maret 2021.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga video Berlabuhnya Crew Dragon yang Bakal Bawa Pulang Astronaut NASA di ISS
[Gambas Video 20detik]
Per tanggal 22 Oktober tahun ini, menurut sumber yang memahami proses hukum yang berlangsung, masih ada "30 kasus yang menunggu keputusan atas nama 29 korban yang meninggal". Para penggugat terbagi ke dalam beberapa kelompok, dengan kelompok berikutnya dijadwalkan menjalani sidang pada 7 April 2025.
"Boeing telah menerima tanggung jawab atas kecelakaan MAX secara publik dan dalam litigasi perdata karena desain MCAS…berkontribusi terhadap kejadian ini," ucap salah satu pengacara yang mewakili Boeing dalam persidangan pada Oktober lalu.
MCAS merupakan fitur penstabil penerbangan, yang terlibat dalam kecelakaan Ethiopian Airlines dan Lion Air yang sama-sama melibatkan Boeing 737 MAX 8. Kecelakaan Lion Air pada 28 Oktober 2018 menewaskan 189 orang yang ada di dalam pesawat.
Setelah dua kecelakaan maut tersebut, keseluruhan armada Boeing 737 MAX dilarang mengudara selama lebih dari 20 bulan agar otoritas berwenang bisa melakukan penyelidikan menyeluruh.
Menurut Boeing, lebih dari 90 persen gugatan perdata yang diajukan terkait dua kecelakaan mematikan itu telah mencapai penyelesaian.
"Boeing telah membayar miliaran dolar (Amerika) kepada keluarga korban kecelakaan dan para pengacara mereka sehubungan dengan litigasi perdata," sebut pengacara Boeing, Mark Filip, dalam persidangan tanggal 11 Oktober lalu.
Saksikan juga video Berlabuhnya Crew Dragon yang Bakal Bawa Pulang Astronaut NASA di ISS
[Gambas Video 20detik]