Bos Essa Industries (ESSA) Ungkap Progres Proyek Blue Ammonia
Bisnis.com, JAKARTA — PT Essa Industries Indonesia Tbk. (ESSA) masih mematangkan kajian kelayakan proyek blue ammonia sampai akhir tahun ini. Rencananya, studi kelayakan akhir rampung tahun depan untuk selanjutnya commissioning pada kuartal IV 2027.
“Kami sudah selesai melakukan greenhouse gas measurement study dan sedang masuk dalam tahap kedua dan ketiga yaitu subsurface study dan surface facility study,” kata Presiden Direktur ESSA Kanishk Laroya saat public expose daring, Rabu (11/12/2024).
Kanishk menerangkan studi ihwal surface facility untuk merancang fasilitas injeksi CO2 diharapkan selesai pada akhir bulan ini.
Sementara itu, kajian subsurface untuk mengidentifikasi pengurangan yang sesuai untuk penyimpanan CO2 diharapkan selesai pada akhir Februari 2025.
“Setelah itu kami akan melakukan commercial feasibility untuk melihat semua aspek dari sisi keuangan, kelayakan finansial dan juga untuk operasional dan pembangunannya,” tuturnya.
Proyek dengan nilai investasi mencapai US$150 juta atau sekitar Rp2,32 triliun (asumsi kurs Rp15.504 per dolar AS) itu diharapkan mulai final investment decision (FID) awal 2025.
Rencananya, emiten afiliasi TP Rachmat dan Garibaldi ‘Boy’ Thohir itu bakal mengamankan pendanaan komdinasi dari internal dan pinjaman eksternal untuk pembiayaan proyek tersebut.
Secara jangka panjang, produksi pabrik blue amonia ESSA itu nantinya akan dipasarkan ke Timur dan Eropa. Sampai saat ini, ESSA mengaku telah mengantongi komitmen dari Jepang untuk menyerap 2 juta ton amonia yang dihasilkan per tahun mulai 2027 nanti.
Proyek blue amonia ESSA menggandeng JOGMEC (Japan Oil, Gas, and Metals National Corporation), Mitsubishi Corporation, Pertamina, dan LAPI ITB dalam tahap pembangunannya dan sedang berada pada tahap 2 studi kelayakan.
Saat ini ESSA memiliki pabrik amonia yang dikelola PT Panca Amara Utama (PAU) dengan kapasitas produksi mencapai 700.000 metrik ton per tahun. Pabrik yang berdiri di Sulawesi Tengah ini memiliki nilai investasi sebesar US$800 juta.
Adapun hasil produksinya berupa cairan amonia yang disebut amoniak digunakan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, asam dan produk petrokimia lainnya.