Bos WHO Tedros Nyaris Tewas dalam Serangan Israel di Bandara Yaman

Bos WHO Tedros Nyaris Tewas dalam Serangan Israel di Bandara Yaman

SANAA, KOMPAS.com - Bos atau Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Sabtu (28/12/2024) mengatakan dirinya nyaris tewas dalam serangan Israel di bandara Yaman yang dikuasai kelompok Houthi.

Tedros mengatakan kepada radio BBC, telinganya masih berdenging setelah serangan Kamis saat ia bersiap untuk naik pesawat di Sanaa.

Ia juga menekankan bahwa perlindungan untuk instalasi sipil berdasarkan hukum internasional harus dihormati.

Diketahui, serangan udara Israel menghantam bandara internasional Sanaa dan target lain di Yaman pada Kamis.

Serangan terhadap "target militer" Houthi menandai kedua kalinya sejak 19 Desember bahwa Israel telah menyerang target di Yaman setelah tembakan rudal pemberontak ke Israel.

Sementara Tedros menggambarkan tempat kejadian sebagai serangan pertama.

"Kami mendengar ledakan besar di dekatnya, dan kemudian saya pikir ledakan itu berulang," kata Tedros, dikutip dari AFP pada Sabtu (28/12/2024).

"Suaranya sangat keras. Sangat memekakkan telinga. Telingaku masih berdenging. Sudah lebih dari 24 jam sekarang. Aku tidak tahu apakah itu memengaruhi telingaku. Ledakannya sangat dahsyat," ungkap dia.

Dia menjelaskan, ruang tunggu keberangkatan di sebelahnya yang terkena, dan kemudian menara kontrol.

"Itu sangat kacau. Orang-orang berlarian ke mana-mana dan tidak ada tempat berlindung. Kami benar-benar terpapar," imbuh dia.

"Ini masalah keberuntungan. Jika tidak, jika rudal itu menyimpang sedikit saja, rudal itu bisa saja mengenai kepala kami, kolega saya malah mengatakan setelah semua itu, kami lolos dari kematian," jelas Tedros.

Wakil Menteri Transportasi Houthi, Yahya al-Sayani mengatakan empat orang tewas dan 20 orang terluka dalam serangan itu.

Tedros mengunjungi Yaman atas nama kepala PBB Antonio Guterres sebagai bagian dari misi untuk mengupayakan pembebasan staf PBB yang ditahan dan menilai situasi kesehatan serta kemanusiaan di negara yang dilanda perang itu.

"Tidak masalah apakah saya ada di sana atau tidak. Jika itu instalasi sipil, itu harus dilindungi, berdasarkan hukum internasional.

"Apakah mereka tahu atau tidak, itu tidak masalah, hukum internasional harus dihormati," ujarnya.

Tedros mengatakan dia melihat ruang tunggu keberangkatan penuh warga sipil dan pesawat sipil terparkir di apron.

Sumber