Brigadir Mustofa Harap Pupuk Buatannya Jangkau Banyak Petani, Tak Dimonopoli
Pupuk Photo Sintesis Bakteri (PSB) yang dikenalkan Bhabinkamtibmas Brigadir Mustofa Wahyu Hadi kini akhirnya dipakai oleh warga Desa Mojokumpul, Mojokerto, Jawa Timur (Jatim). Brigadir Mustofa berharap tak ada pihak yang memonopoli terkait pemakaian pupuk organik tersebut.
"Kita memberi imbauan apa yang sudah diberikan ini jangan sampai dimonopoli," kata Mustofa dalam program Hoegeng Corner di detikPagi, Kamis (14/11/2024).
Mustofa menyerahkan sepenuhnya mengenai pengelolaan pupuk PSB itu kepada kelompok tani. Dia mengimbau agar setiap aturan dipatuhi masyarakat.
"Saya sampaikan di dalam lingkungan pemerintah desa melalui leading sector-nya gapoktan, ini saya serahkan yang ada sistem dan keilmuannya. Silakan dikelola, tapi tetap ditaati dan diketahui imbauan-imbauan yang ada. Artinya, jangan sampai kita memonopoli masyarakat. Kalau ada masyarakat terkait dengan balas jasa, silakan diatur, disepakati sesuai AD/ART sesuai gapoktan," imbuh Mustofa.
Mustofa juga menceritakan awal mula dirinya meyakinkan warga Desa Mojokumpul untuk menggunakan pupuk Photo Sintesis Bakteri (PSB). Pupuk organik buatan Brigadir Mustofa itu menjadi solusi bagi para petani yang terkendala kenaikan harga pupuk nonsubsidi dan adanya pembatasan jenis pupuk subsidi.
"Awal mulanya terkait dengan sosialisasi ini ada yang ragu, karena mungkin ilmu baru, pengalaman baru, terus kita juga sebagai petugas nggak semata-mata pesimistis," kata Mustofa.
Mustofa mengajak masyarakat melihat langsung hasil pupuk PSB. Dia juga meminta masyarakat mempertimbangkan tenaga dan biaya yang dikeluarkan jika menggunakan pupuk PSB atau pupuk kimia.
"Kita hadirkan di masyarakat sehingga pada saat itu juga bisa survei sendiri sebelum mengaplikasikan. Kami ajak, ‘Ini loh, Pak, hasilnya, sebelumnya pakai PSB yang ini pakai kimia, silakan tanya-tanya sendiri’," ujar Mustofa.
"Inilah celah-celah yang bisa kita pergunakan, kalaupun Bapak membeli pupuk dengan cara konvensional tebus maupun kimia yang nonsubsidi, biayanya sekian, perbandingannya bisa dilihat. Kalau PSB kita membuatnya secara mandiri, perbandingannya 70 persen PSB, 30 persen kimia. Kalau full kimia, bisa dihitung biasanya Bapak satu bulan habis berapa, ini dari yang disampaikan," sambung dia.
Atas inisiatif dan inovasinya menciptakan pupuk PSB untuk membantu petani, Mustofa diusulkan oleh Polda Jawa Timur (Jatim) dalam program Hoegeng Corner. Dia menjelaskan kemampuannya membuat pupuk organik didapat karena sejak kecil membantu orang tuanya bertani.
"Saya berlatar belakang orang tua petani sekaligus perajin kesenian ukir. Jadi, kalau pengalaman (bertani) dari pribadi, alhamdulillah ada," ujar Mustofa dalam wawancara dengan detikcom di kesempatan sebelumnya.
Mustofa menuturkan kini sekitar 55 petani di desanya menggunakan pupuk PSB untuk menunjang proses pemupukan padi. "Ada sekitar kurang lebih 55 petani aktif," sambung dia.
Mustofa menuturkan, agar inovasi pupuk PSB dapat diterima petani, sejak awal dirinya menggandeng akademisi pertanian dan PPL Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto. Dia berharap pupuk buatannya bisa mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia.
"Untuk bersama menyatukan prinsip membuat dan memformulasikan pupuk organik yang ramah lingkungan dengan cara pembuatan mudah, murah, cepat, dan simpel dalam pengaplikasiaannya, sehingga dapat mengurangi ketergantungan para petani Desa Mojokumpul terhadap pupuk kimia serta sebagai sarana penunjang untuk pemupukan kebutuhan tani," ucap Mustofa.
Mustofa lalu menjelaskan mengenai pupuk PSB yang berbahan dasar bakteri autotroph. Bakteri tersebut, lanjutnya, bisa berfotosintesis sendiri.
"PSB punya pigmen Bakteriofil A atau B yang bisa memproduksi pigmen warna merah, hijau, hingga ungu untuk menangkap energi matahari yang digunakan sebagai bahan bakar fotosintesis. Bakteri fotosintetik memiliki vakuola berisi enzim untuk menambat CO2 bebas yang disebut Rubisco atau ribulosa bipospat karboksilase," jelas Mustofa.
Dia melanjutkan, enzim tersebut bertugas untuk mempermudah Ribulosa Bipospat atau RuBP dalam menangkap karbon dioksida bebas yang ada di udara dan kemudian mengubahnya menjadi senyawa organik. Mustofa mengumpamakan seperti halnya tumbuhan, maka bakteri fotosintetik juga melakukan reaksi penyusunan senyawa organik dari karbon dioksida dengan memanfaatkan energi dari cahaya.
"Reaksinya akan dimulai dari reaksi terang yang melibatkan penangkapan energi cahaya menggunakan pigmen khusus yang kemudian prosesnya akan berlanjut pada penyusunan senyawa organik dari karbon dioksida," ujar dia.