Bro Ron PSI Adukan Dugaan Pungli di SMAN 2 Cibitung ke Polres Metro Bekasi
BEKASI, KOMPAS.com - Politikus PSI Ronald Aristone Sinaga atau Bro Ron mengadukan praktik dugaan pungutan liar (pungli) berkedok sumbangan pengurukan halaman di SMAN 2 Cibitung ke Polres Metro Bekasi, Jumat (6/12/2024.
Dalam pengaduan ini, Ronald turut menyerahkan sejumlah data formal ke Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Metro Bekasi.
"Data-datanya lengkap dan kebetulan juga Reskrim sudah mulai penyelidikan semenjak postingan kemarin. Jadi ya ingin melengkapi saja," ujar Ronald di Mapolres Metro Bekasi.
Ronald menjelaskan, pengaduan ini berangkat dari keluhan salah satu pelajar SMAN 2 Cibitung mengenai praktik dugaan pungli di sekolahannya.
Keluhan tersebut disampaikan sang pelajar yang belum diketahui identitasnya itu melalui direct message Instagram Ronald, @brorondm. Keluhan tersebut kemudian diviralkan Ronald.
Dalam pengaduannya ke Ronald, sang pelajar turut menyerahkan bukti dokumen tanda terima penyerahan uang wali murid kepada pihak sekolah.
"Ada juga chat di grupnya, dan juga keluhan-keluhan dari chat sama teman-teman sekolahnya, teman-teman kelasnya. Memang ada pungutan di sekolah yang mereka kurang setuju," ungkap Ronald.
Pasca-viralnya aduan sang pelajar tersebut, Ronald mengaku menerima aduan sekitar 100 pelajar SMAN 2 Cibitung lain yang keberatan dengan kebijakan sumbangan pihak sekolah.
Bahkan beberapa alumni SMAN 2 Cibitung angkatan pertama pada tahun 2017 turut membenarkan keluhan sang pelapor.
Selain itu, Ronald juga meluruskan pernyataan sebelumnya yang menyebut pelajar yang tak membayar iuran Rp 1 juta hingga Rp 2 juta terancam tak bisa mengikuti ujian akhir semester (UAS).
Ronald mengungkapkan, sang pelajar atau pelapor telah mengklarifikasi bahwa yang benar pihak sekolah mengancam tidak memberikan kartu UAS jika tak membayar sumbangan.
"Sebenarnya kami (pelajar) boleh ujian, tetapi kartu ujiannya tidak didapatin. Jadi setiap ujian harus taruh tanda tangan manual lagi. Karena belum lunas biaya urukan itu," jelas dia.
Diberitakan sebelumnya, seorang pelajar SMAN 2 Cibitung yang belum diketahui identitasnya mengungkap dugaan pungli di sekolahannya.
Pelajar itu mengadu dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung ke politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ronald Aristone Sinaga. Aduan ini diviralkan Ronald melalui akun Instagramnya, @brorondm.
Ronald turut menunjukkan beberapa tangkapan layar yang berisi pesan aduan pelajar tersebut melalui direct message.
Dalam isi unggahan itu, sang pelajar mengungkapkan, pihak sekolah meminta uang Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta kepada 600 pelajar di SMAN 2 Cibitung.
Uang ini diklaim untuk pembuatan pagar dan bangunan sekolah.
Namun setelah pelajar membayar, pihak sekolah urung merealiasikan pembuatan pagar dan bangunan sekolah.
Pelajar dan wali murid merasa menjadi korban dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung.
"Saya selaku siswa SMA tersebut telah menjadi korban dugaan pungli. Tak hanya saya, 600 orangtua pelajar pun terkena imbasnya," kata pelajar tersebut, dikutip dari tangkapan layar unggahan Ronald.
Pelajar ini mengaku sempat mengadu praktik dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung ke nomor kontak Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Namun, karena nomor Gibran tak aktif, dia akhirnya memilih mengadu kasus ini ke Ronald.
Ia terpaksa mengadu lantaran pihak sekolah diduga mengancam siswa tidak bisa mengikuti ujian akhir semester (UAS) apabila tidak memberikan uang pembuatan pagar dan bangunan.
"Masalahnya kalau enggak bayar, enggak dikasih kertas ulangan, bang. Gimana mau maju Indonesia emas," keluh pelajar tersebut.
Humas SMAN 2 Cibitung, Nana membantah tudingan dugaan pungli tersebut. Namun, Nana mengakui bahwa sekolah melalui komite sekolah telah meminta uang kepada siswa atau wali murid yang sifatnya sumbangan untuk menguruk halaman sekolah yang kerap tergenang air jika hujan.
"Sekarang punglinya di mana? Itu sumbangan, sukarela. Tinggal terserah orangtua mau nyumbangnya berapa, bahkan ada yang tidak nyumbang," kata Nana saat ditemui Kompas.com di SMAN 2 Cibitung, Kamis (5/12/2024).
Nana juga membantah jika pihak sekolah mematok besaran nilai uang yang wajib diserahkan siswa.
Ia beralasan, ekonomi wali murid SMAN 2 Cibitung mayoritas kelas menengah ke bawah, sehingga pihak sekolah tak mematok nilai uang sumbangan pengurukan halaman sekolah.
"Kita memahami itu, memaklumi itu. Kalau memang tidak ada ya, itu yang namanya sumbangan, masa harus kita paksa, kan enggak, monggoh (silakan) terserah saja. Ya kalau pun ada yang menyumbang juga, ya enggak maksimal gitu," ujar Nana.
Menurutnya, tudingan dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung muncul karena ada miskomunikasi antara siswa, wali murid, sekolah, dan komite sekolah.
"Ya, ini hanya miskomunikasi saja antara orang tua, siswa, pihak sekolah, dengan pihak komite dalam hal ini," ungkap dia.