Bukalapak (BUKA) Mau Restrukturisasi hingga PHK, Ini Alasannya
Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) mencatatkan rapor merah usai membukukan rugi bersih sebesar Rp597,3 miliar sepanjang Januari-September 2024, sehingga merencanakan langkah restrukturisasi yang berujung pemutusan hubungan kerja (PHK).
Berdasarkan laporan keuangannya, BUKA mencatatkan peningkatan pendapatan menjadi Rp3,39 triliun pada 9 bulan 2024, meningkat 1,82% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,33 triliun.
Pendorong dari pendapatan ini adalah segmen marketplace sebesar Rp1,73 triliun dan segmen online to offline sebesar Rp1,66 triliun.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan BUKA meningkat 12,27% secara tahunan menjadi Rp2,79 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp2,49 triliun.
Meski demikian, sejumlah beban tercatat turun seperti beban penjualan dan pemasaran turun 41,94%, beban umum dan administrasi turun 15,3%, dan rugi nilai investasi berkurang 15,65%.
Dengan hasil tersebut, BUKA masih mencatatkan rugi usaha sebesar Rp1,32 triliun, meningkat 2,12% secara tahunan dari Rp1,29 triliun.
Meski rugi usaha meningkat, rugi bersih BUKA turun 23,04% menjadi Rp597,3 miliar di sembilan bulan 2024. Sebelumnya pada 9 bulan 2023 BUKA mencetak rugi bersih sebesar Rp7762 miliar.
Dalam siaran persnya, BUKA menjelaskan EBITDA yang disesuaikan tumbuh 55% menjadi -Rp193 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Manajemen menjelaskan dalam tiga tahun terakhir, pasar telah berubah secara signifikan, begitu pula dengan dinamika persaingan.
Meskipun terdapat pertumbuhan TPV dan pendapatan di masa lalu, biaya operasional telah meningkat melebihi kontribusi pendapatan di berbagai segmen bisnis.
Manajemen menuturkan telah berupaya untuk fokus pada optimalisasi operasional dan menjaga disiplin keuangan guna menghadapi tantangan ini. Hasil kuartal III/2024 BUKA menunjukkan bahwa BUKA belum berhasil membalikkan tren ini di beberapa bisnis perseroan.
Hal ini tidak sejalan dengan strategi jangka panjang perusahaan untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, BUKA melakukan perubahan dalam pendekatan operasional dan segmen bisnis yang akan perseroan fokuskan ke depannya.
“BUKA telah melakukan berbagai upaya terbaik namun kerugian dan tantangan industri yang dialami oleh masing-masing segmen usaha dan/atau anak perusahaan selama tiga tahun terakhir telah mendorong manajemen BUKA untuk mempertajam kembali fokus kami kepada bisnis inti tertentu,” ujar Willix Halim, CEO Bukalapak dalam keterangan resminya.
Manajemen melanjutkan BUKA telah mengevaluasi kembali prospek beberapa segmen bisnis dan memutuskan bahwa restrukturisasi diperlukan untuk mencapai tujuan strategis perseroan.
Berdasarkan pertimbangan ini, BUKA memutuskan untuk berfokus pada bisnis inti berikut yaitu Mitra Bukalapak, Gaming, Investment, dan sejumlah layanan di Retail. Restrukturisasi ini akan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja di berbagai bisnis yang akan dilaksanakan dalam dua kuartal mendatang.
BUKA juga menjelaskan kegiatan operasional BUKA akan berjalan seperti biasa dan tidak ada perubahan kegiatan di segmen bisnis inti.
Ke depannya, BUKA akan fokus menjalankan dan mengembangkan segmen bisnis intinya dengan organisasi yang lebih ramping dan efisien untuk memberikan nilai optimal kepada para pemangku kepentingan dan pemegang saham BUKA.