Cara Seniman Semarang Mengenang 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer, Melukis Topeng hingga Panggung Budaya

Cara Seniman Semarang Mengenang 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer, Melukis Topeng hingga Panggung Budaya

SEMARANG, KOMPAS.com - Seniman Kota Semarang memiliki banyak cara untuk memperingati 100 tahun sastrawan Pramoedya Ananta Toer. 

Mereka membuat berbagai kegiatan seni, mulai dari melukis 100 topeng, diskusi sastra, hingga panggung budaya.

Kegiatan tersebut digelar terpusat di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) yang terletak di Jalan Sriwijaya, Tegalsari, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Selasa (10/12/2024).

Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase), Adhitia Armitianto, mengaku, rangkaian kegiatan kesenian ini bertujuan untuk memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember.

Lantaran Pram menjadi salah satu korban HAM, sehingga kumpulan seniman di Semarang itu ingin mengenang jasa besar sosok Pram untuk Indonesia.

"Sejak tahun 2016, secara rutin kami bersama beberapa seniman perupa memperingati hari HAM tiap tanggal 10 Desember. Kebetulan karena ada peringatan 100 tahun Pram di tahun depan, jadi tema besar di akhir tahun ini mengenang Pramoedya Ananta Toer," ucap Adhitia kepada Kompas.com, Selasa (10/12/2024).

Wikimedia Commons/Lontar Foundation Potret Pramoedya Ananta Tour pada 1990

Lebih jelas Adhitia mengatakan, salah satu kegiatan seru yang diselenggarakan yaitu melukis 100 topeng Pramoedya Ananta Toer.

Pihaknya pun sudah menyiapkan 100 topeng polos untuk dilukis siapapun yang datang ke TBRS untuk mengenang Pram.

"Menghias topeng untuk mengingat perjuangan atau pengorbanan Pram dalam karya-karyanya. Visualisasinya bebas, mungkin ada yg tidak percaya diri ngelukis, ada yg cuma nulis quotes-nya. Bebas aja sesuai versi mereka masing-masing," tutur dia. 

KOMPAS/SINDHUNATA Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia yang pernah dipenjara di Pulau Buru, namun tetap produktif dalam berkarya.Menurut Adhitia, Pram adalah sosok yang bisa menjadi tauladan anak-anak Semarang. Sehingga, dirinya berharap, banyak anak muda yang terus mencari tahu dan belajar melalui karya-karya Pram ataupun kegiatan seni semacam ini.

"Karya-karya Pram menurutku salah satu buku yang wajib dibaca generasi muda dan seluruh masyarakat. Tinggal bagaimana akses ke buku-buku itu, saya kira ini tugas pemerintah untuk membuat kemudahan akses," ucap Adhitia.

Salah satu partisipasi melukis topeng, Zahra, menyebutkan, sangat antusias untuk mengikuti peringatan 100 tahun Pramoedya Ananta Toer.

Dirinya menyebutkan, melalui karya-karya Pram, dirinya bisa melihat dunia dari sisi lain.

"Sebetulnya saya anggota Bookclub Semarang, jadi tertarik untuk ikut kegiatan ini," ucap Zahra.

Menurut Zahra, kegaitan semacam ini harus sering diadakan untuk menebarkan semangat kepada anak-anak muda yang lain maupun masyarakat umum agar lebih mengenal sastrawan hebat Indonesia.

"Seneng dan seru, ini baru pertama kali saya ikut seperti ini. Semoga kapan-kapan ada lagi," pungkas Zahra.

Sumber