Cegah PMK, Disnakkeswan Jateng Perketat Pengawasan Lalu Lintas Ternak di Perbatasan Provinsi

Cegah PMK, Disnakkeswan Jateng Perketat Pengawasan Lalu Lintas Ternak di Perbatasan Provinsi

UNGARAN, KOMPAS.com - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jawa Tengah (Jateng) meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak di wilayah perbatasan untuk menekan penyebaran penyakit mulut dan kaki (PMK).

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap situasi kesehatan hewan yang mempengaruhi sektor ekonomi, terutama jual beli sapi di pasar ternak.

"Pengawasan dilakukan dengan menempatkan petugas, termasuk meminta bantuan dari TNI dan Polri. Ternak yang melintas di Jawa Tengah, baik dari Jawa Barat maupun Jawa Timur, akan diperiksa kondisi kesehatannya," kata Plt. Kepala Disnakkeswan Jateng, Ignatius Hariyanta Nugraha.

Pernyataan ini disampaikan usai Rapat Koordinasi Pengendalian PMK di Gedung Tarubudaya, Ungaran, Kabupaten Semarang, pada Kamis (9/1/2025).

Hariyanta menjelaskan bahwa pengawasan di lalu lintas ternak sangat penting, terutama di wilayah perbatasan timur dan barat, di mana terjadi aktivitas jual beli.

"Di situ juga dilakukan edukasi untuk pedagang, agar tidak membawa ternak yang sakit. Kalau ada, ya harus balik, tidak boleh masuk," tegasnya.

Ketika ditanya mengenai pembatasan hewan ternak dari luar Jawa Tengah, Hariyanta menyatakan bahwa saat ini belum ada tindakan tersebut.

"PMK ini kan sudah ada di hampir semua daerah, jadi tidak ada pembatasan. Meski di beberapa daerah mulai melakukan penutupan pasar ternak sesuai inisiatif dari pemerintah setempat, seperti di Wonogiri yang penutupannya diperpanjang, dan di Grobogan yang keputusan penutupan masih dikoordinasikan," jelasnya.

Data terbaru hingga Rabu (8/1/2025) pukul 23.59 WIB menunjukkan bahwa di Jawa Tengah terdapat 2.945 kasus PMK, dengan rincian 29 ekor sembuh, 46 ekor dipotong, dan 96 ekor mati.

"Kalau dihitung secara populasi keseluruhan yang terkena PMK di Jawa Tengah itu terhitung kecil, hanya 0,18 persen. Namun, kita tidak bisa mengabaikan situasi ini dan tetap harus melakukan pengawasan dan pengendalian," ungkap Hariyanta.

Ciri-ciri hewan yang terinfeksi PMK meliputi demam dan menggigil, tidak nafsu makan, lebih sering berbaring, serta penurunan produksi susu pada sapi perah.

Selain itu, gejala lainnya termasuk keluarnya air liur berlebih dan berbusa, luka pada kuku, kehilangan berat badan, erosi di lidah, superinfeksi, abortus, kematian pada hewan muda, dan pembengkakan kelenjar submandibular.

Sumber