Cek Dulu! Ini Informasi Cuaca Jelang Liburan Akhir Tahun
Cuaca ekstrem berpotensi terjadi selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk selalu mengecek informasi prakiraan cuaca sebelum berpergian saat akhir tahun.
Tujuannya sebagai langkah antisipatif terhadap potensi cuaca ekstrem yang di sejumlah wilayah Indonesia.
"Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan, maka dari itu kami meminta masyarakat untuk terus memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG yang selalu diperbarui secara berkala. Peringatan dini cuaca akan disampaikan, sepekan dan diulang tiga hari sebelum kejadian, bahkan hingga tiga jam sebelum kejadian cuaca ekstrem," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam situs resmi BMKG.
Dwikorita mengatakan, berdasarkan survey yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) diprediksi ada 110,67 juta orang yang akan melakukan perjalanan musim libur Nataru 2024/2025. Mayoritas pelaku perjalanan tersebut menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil dan motor sehingga sangat rentan menghadapi cuaca ekstrem dalam perjalanannya.
Dwikorita menjelaskan bahwa cuaca ekstrem diperkirakan terjadi hingga Maret-April 2025. Ini dipengaruhi oleh fenomena La Nina Lemah yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen. Selain itu, adanya dinamika atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Nataru 2024/2025.
Kedua fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, meskipun skala dan dampaknya masih memerlukan pemantauan lebih lanjut. BMKG terus memantau kondisi ini secara cermat dan menyampaikan informasi terkini untuk mendukung langkah antisipatif serta mengurangi risiko di lapangan.
"Update informasi cuaca berkala diperlukan sebagai bentuk preventif guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan keluar kota maupun saat mengunjungi berbagai destinasi wisata. Di musim penghujan seperti sekarang ini sangat rawan terjadi bencana hidrometeorologi," tuturnya.
Masyarakat dapat mengecek informasi cuaca melalui layanan ‘Digital Weather for Traffic (DWT)’ yang dikeluarkan oleh BMKG. Layanan tersebut dapat digunakan pelaku perjalanan untuk mengecek informasi cuaca di jalur perjalanan.
Berikut caranya.
Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto menerangkan, dalam sepekan ke depan, sejumlah fenomena atmosfer diprediksi akan memengaruhi pola cuaca di Indonesia, seperti meningkatkan potensi hujan lebat karena beberapa wilayah tengah memasuki masa puncak musim hujan.
Sirkulasi siklonik yang terdeteksi di Laut Natuna, di Samudra Hindia barat daya Banten, di Perairan Barat Aceh, dan di Laut Arafuru turut memperkuat kondisi ini, dengan memicu peningkatan pengangkatan massa udara yang mempermudah terbentuknya awan hujan dengan intensitas tinggi di wilayah sekitarnya. Selain itu, kombinasi aktif Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, gelombang Kelvin, serta konvektif lokal di wilayah barat, selatan dan tengah Indonesia juga memperkuat dinamika atmosfer yang mendukung terjadinya hujan lebat di berbagai daerah.
Seiring dengan periode puncak musim hujan, beberapa wilayah Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi memiliki risiko lebih besar terhadap curah hujan yang tinggi, yang dapat menyebabkan banjir, genangan air, atau tanah longsor di daerah rawan. Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah potensi hujan lebat yang terjadi pada daerah-daerah aliran sungai di sekitar gunung berapi yang saat ini sedang aktif, karena potensi banjir lahar hujan dapat ditimbulkan.
"Waspada terhadap potensi risiko bencana hidrometeorologi, pantau terus informasi cuaca dan sebisa mungkin menghindari aktivitas di wilayah rawan bencana," pungkasnya.