Cerita Karyawan Masih Kerja di Kereta Saat OTW Liburan Natal dan Tahun Baru

Cerita Karyawan Masih Kerja di Kereta Saat OTW Liburan Natal dan Tahun Baru

JAKARTA, KOMPAS.com - Masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) seharusnya menjadi ajang untuk istirahat dan berkumpul dengan keluarga.

Namun, ada sebagian orang yang masih dihantui oleh pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Salah satunya Santaliya (26), pegawai yang kerja di Jakarta.

Meski sudah menjadwalkan liburan panjang ke Yogyakarta, dia masih harus berkutat dengan pekerjaannya selama berada di kereta.

Hal ini disampaikan Santaliya kepada Kompas.com saat ditemui di Stasiun Pasar Senen, Senin (23/12/2024) pukul 17.58 WIB.

Wanita muda ini mengaku belum sempat makan meski langit sudah gelap.

“Aku biasanya (di kereta) sambil kerja. Kerjaan belum selesai, aku sambil kerjain di kereta,” kata Santaliya di ruang tunggu Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2024).

Merasa nyaman dengan Yogyakarta, Santaliya memilih untuk menghabiskan masa liburannya di kota pelajar ini.

Shela Octavia Santaliya di ruang tunggu Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2024).

“Mungkin karena salah satu kota yang paling sering dikunjungi, jadi nyamannya ke Yogya. Dalam setahun bisa 5-6 kali (ke Yogyakarta),” jelas Santaliya.

Karyawan di salah satu perusahaan teknologi dari luar negeri ini mengaku bisa bekerja di mana saja karena timnya bekerja secara online.

Sebagai karyawan di tim customer service, Santaliya baru masuk kerja ketika orang Jakarta hendak pulang ke rumah.

“Aku soalnya part-time di salah satu software company dari AS. Jadi tim aku kan dari Eropa, jadi jam kerjanya di sini (masuk) sore,” jelas wanita yang juga tengah berkuliah itu.

Setiap kali ke Yogyakarta, Santaliya selalu naik kereta api.

Alasannya, harga tiket kereta jauh lebih terjangkau daripada tiket pesawat.

Namun, harga tiket untuk keberangkatan di Nataru ini menjadi harga paling tinggi yang dikeluarkannya tahun ini.

“Kali ini dapatnya Rp 390.000, sejauh ini paling mahal sih. Biasanya, aku paling mahal Rp 350.000,” imbuh dia.

Berbekal satu buah koper dan tas jinjing, Santaliya mengaku tidak membawa makanan atau camilan khusus ke Yogyakarta.

Padahal, dia juga akan mengunjungi adiknya yang tengah berkuliah di salah satu universitas di sana.

“Enggak ada bawa apa-apa (dari Jakarta). (Pulang dari Yogyakarta) biasa sih (beli) bakpia saja,” kata wanita asal Sulawesi ini.

Sumber