Cerita Pedagang Tikar di Ancol: Dagangan Susah Laku, untuk Berjualan pun Harus Bayar Tiket
JAKARTA, KOMPAS.com - Malam tahun baru 2025 semestinya menjadi ladang rezeki bagi Budi (43 tahun), tetapi harapan itu agaknya masih jauh panggang dari api.
Budi adalah seorang pria asal Kuningan yang bekerja menjajakan tikar di Pantai Lagoon, Ancol, pada malam tahun baru 2025, Selasa (31/12/2024).
"Kalau di kampung kan susah cari kerja, kalau di sini mah ya buat hidup sehari-hari kadang ketutup, kadang ya gitulah," kata Budi saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa malam.
Budi sudah mondar-mandiri di Ancol sejak sejak Selasa sore pukul 16.00 WIB untuk menjajakan daganannya.
Untuk bisa masuk ke kawasan Ancol, ia mesti mengeluarkan uang Rp 35.000 sebagai tiket masuk.
Namun, hingga Selasa malam pukul 22.00 WIB, usaha Budi nampaknya belum mendapat balasan setimpal.
Dari 50 tikar yang ia bawa untuk dijajakan, baru ada 10 tikar yang laku terjual dengan margin keuntungan Rp 5.000 untuk setiap helai tikar.
Jika semua tikar yang dia jual laku, dia hanya membawa pulang Rp 215.000.
Kendati demikian, Budi mengaku tetap bersyukur dengan berapapun uang yang dapat ia bawa pulang.
Sebab, ia bukan satu-satunya pedagang tikar di Ancol dan tempat duduk bagi para pengunjung pun sudah penuh.
"Iya kalau laku semua sih alhamdulillah. Tapi ini saja lagi sepi, semoga nanti maleman bisa laku," kata dia.
Budi pun mengaku tidak menyerah karena berjualan tikar harus tetap ia lakukan demi tetap hidup di perantauan dan jauh dari keluarga.