Cerita Perajin Batik di Girilayu Hidupkan Warisan Mangkunegaran

Cerita Perajin Batik di Girilayu Hidupkan Warisan Mangkunegaran

KARANGANYAR, KOMPAS.com - Maryati (42), dengan penuh kesabaran menggoreskan canting yang telah diisi dengan cairan malam di atas kain yang telah diberi motif.

Sesekali, ia meniup cucuk canting untuk memastikan tidak ada kotoran malam yang menyumbat.

Saat ini, Maryati sedang membuat batik dengan motif godong kluwih.

Maryati tidak bekerja sendirian. Di ruangan tersebut, ia ditemani dua perajin batik lainnya, Reni dan Katiyem, yang juga berasal dari Desa Girilayu.

Warga desa yang terletak di Kecamatan Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah ini telah menjadi perajin batik selama puluhan tahun.

Tradisi membatik di Desa Girilayu telah ada sejak lama dan diwariskan secara turun-temurun.

Sejarah perajin batik di desa ini tidak lepas dari pengaruh para pendahulu mereka, yang dulunya merupakan buruh batik bagi juragan batik di Solo, khususnya di Pura Mangkunegaran.

Maryati menjelaskan bahwa motif batik di Desa Girilayu sangat dipengaruhi oleh gaya membatik khas Pura Mangkunegaran, baik dari teknik pembuatan maupun pewarnaan.

"Dulu banyak abdi dalem Pura Mangkunegaran datang ke Desa Girilayu untuk ziarah ke makam Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I, yang memiliki nama lahir Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa," ungkap Maryati.

Ia menambahkan bahwa para abdi dalem yang berziarah sering membawa kain batik dan mengajarkannya kepada masyarakat setempat.

"Dulu banyak abdi dalem Pura Mangkunegaran datang ke Desa Girilayu untuk ziarah ke makam Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I, yang memiliki nama lahir Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa," jelasnya.

Maryati juga menjelaskan bahwa motif batik Girilayu sangat beragam, mulai dari motif klasik atau lawasan hingga kontemporer.

"Batik Girilayu memiliki ciri khas tersendiri, seperti motif tugu tri dharma, manggisan, mbok semok, dan durian. Motif lawasan ini sudah ada dari zaman Keraton Mangkunegaran, sedangkan yang kontemporer adalah pengembangan sendiri," ujarnya.

Perajin batik Desa Girilayu telah membentuk paguyuban bernama Batik Giri Arum yang didirikan pada tahun 2015.

Paguyuban ini terdiri dari tujuh kelompok, yaitu Sidomukti, Vokasi, Wahyu Sari, Mekar Sari, Sekar Jaya, Truntum Kuncoro, dan Trisno Dharma.

Mereka secara aktif mengikuti pelatihan tentang membatik yang diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan, Tenaga Kerja, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten Karanganyar, serta Bank Indonesia Solo.

Dari berbagai pelatihan tersebut, perajin batik kini berhasil menciptakan produk batik yang unik, mulai dari proses pembuatan hingga pemasaran.

Mereka juga telah memiliki showroom rumah batik untuk memajang sekaligus memasarkan produk batik hasil karya mereka.

Sumber