Cerita Pilu Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Saat Kunjungan Wapres Gibran
KOMPAS.com - Meri Plue (39), salah seorang pengungsi erupsi Gunung Lewotobi, Flores Timur, mengaku senang, karena Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka datang berkunjung dan bisa melihat langsung kondisi mereka.
Meri dan ratusan pengungsi lainnya pun rela menunggu sejak pagi untuk bisa bertemu dengan Wapres Gibran.
Namun karena penjagaan ketat dan begitu banyaknya orang yang ingin mendekat, Meri pun hanya bisa melihat Wapres Gibran dari jauh.
"Tadi saya sempat berusaha untuk lihat lebih dekat, tapi warga terlalu banyak dan penjagaannya ketat sekali, jadi saya tidak bisa bertemu langsung," ujar Meri, sembari memandang tenda yang menjadi tempatnya berlindung dari malam yang dingin.
Meri menceritakan, sudah sepekan dirinya bersama keluarga tinggal di penampungan. Mereka meninggalkan rumah dan kampung yang kini rusak parah akibat letusan gunung.
“Kami saat ini sangat membutuhkan rumah yang baru. Rumah dan kampung kami sudah rusak semua,” lanjutnya dengan suara yang penuh harap.
Serafinus Sandi Hayon Jehadu/Kompas.com Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait memberikan bantuan sembako kepada pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Rabu (13/11/2024).
Seperti diberitakan sebelumnya, Wapres Gibran kunjungi lokasi pengungsian di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, NTT, Kamis (14/11/2024).
Kehadiran Gibran yang tampak memakai kemeja biru itu segera mendapat sambutan para pengungsi. Warga yang antusias menyampaikan harapan dan keluhan mereka.
Gibran juga sempat melihat bagaimana anak-anak hidup dalam keterbatasan, meski tetap bermain dan berlarian di antara tenda-tenda pengungsian.
Lalu Wapres juga membagikan bingkisan kepada mereka, mencoba meringankan beban dan menghibur di tengah suasana sulit yang mereka alami.
“Bantuan seperti ini sangat berarti bagi anak-anak, mereka butuh rasa aman,” ujar seorang relawan yang membantu distribusi bantuan kepada anak-anak.
Kementerian Sosial menyatakan banyak pengungsi, terutama anak-anak, mengalami trauma akibat erupsi yang membuat mereka kehilangan rumah dan lingkungan mereka.
Kondisi ini memperburuk situasi yang sudah sulit, sehingga pemulihan mental anak-anak juga menjadi bagian dari perhatian pemerintah dan lembaga sosial.