Cerita Porter di Stasiun Gambir, Sering Ditolak Penumpang, Keberadaan Tak Dianggap
JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang porter di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, bernama Ramin (56) mengaku sudah terbiasa ditolak penumpang kereta jarak jauh saat menawarkan jasanya.
"Ditolak sudah biasa, enggak dianggap sudah biasa," ucap Ramin saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (24/12/2024).
Ramin mengungkapkan, penolakan yang dilakukan oleh para penumpang tak pernah ia masukan ke dalam hati.
Ia menganggap, jika mendapat penolakan artinya belum rezeki.
Namun, Ramin percaya, jika sudah rezeki tanpa menawarkan jasanya, ada saja penumpang yang memanggil untuk dibantu.
Ramin menjelaskan, selama ini tak pernah mendapat penolakan yang kasar dari penumpang.
"Enggak ada yang kasar, paling bilang ’enggak pak, terima kasih’," ucap Ramin.
Menjalani profesi sebagai seorang porter selama 19 tahun, membuat Ramin banyak mengalami suka dan duka.
Salah satunya saat ia mendapat bayaran yang kecil, padahal beban yang ia bawa sampai 50 kilogram.
"Pernah, paling kecil Rp 10.000 pernah," jawab Ramin.
Namun, Ramin tetap merasa bersyukur berapa pun rezeki yang diberikan oleh penumpang.
Pasalnya, uang yang diterimanya tidak menentu. Ada penumpang yang barang bawaannya sedikit dan enteng, tetapi memberi uang dengan nominal yang besar.
"Pernah paling gede dikasih Rp 100.000, padahal bawaannya enteng," tambah Ramin.
Bahkan, ada pula penumpang yang hanya minta diantar ke atas peron oleh Ramin.
"Selalu disyukuri, kalau saya kadang enggak bawa barang, suruh ngantar sering mungkin kasihan atau gimana, enggak tahu," tambah Ramin.