Cerita Sandi Awal Masuk Damkar Depok: Dibuli, Diancam, dan Tak Dihargai

Cerita Sandi Awal Masuk Damkar Depok: Dibuli, Diancam, dan Tak Dihargai

JAKARTA, KOMPAS.com – Sandi Butar Butar, mantan pegawai Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Depok, menceritakan pengalaman pahitnya selama bekerja di instansi tersebut.

Sandi mengaku pernah menjadi korban bullying, ancaman, hingga perlakuan yang tidak menghargai dirinya.

“Awal di Damkar itu saya pendiam, saya korban bullying. Karena kan waktu itu pada saat penerimaan, saya jujur, kan penerimaan honorer itu kan bawaan. Oh anak pejabat A, B, dan C, saya hanya diam. Karena kan saya berpikir, saya bukan bawaan siapa-siapa,” ungkap Sandi saat berbicara dalam tayangan YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, dikutip Rabu (15/1/2025).

Bullying yang dialami Sandi terjadi sejak awal dirinya bergabung di Damkar Depok.

Ia menceritakan bagaimana dirinya diperlakukan secara tidak manusiawi oleh sejumlah rekan kerjanya.

“Celana saya didodorin, saya diam. Kaki saya ditendang, saya diam. Sampai saat pas apel pernah baret saya diambil, saya disuruh push up, saya diam,” katanya.

Selain itu, Sandi juga menyinggung adanya dugaan pemotongan gaji yang tidak transparan.

Menurut Sandi, ada perbedaan antara jumlah gaji yang ditandatangani dan jumlah yang diterima.

“Puncaknya pada saat itu ada kecurigaan saya. Waktu itu ngomong, kita gaji tanda tangan berapa tetapi menerima dengan kita dipotong Rp 400.000,” ujarnya.

Sandi juga menyebutkan bahwa fasilitas BPJS yang semestinya diterima tak dapat digunakan karena tidak dibayar oleh pihak terkait. Hal ini menjadi pukulan besar baginya, terutama saat anaknya jatuh sakit.

“Nah, pada saat itu anak saya sakit, BPJS tidak bisa digunakan karena tidak dibayar. Akhirnya saya komplain ke kantor,” jelas Sandi.

Namun, bukannya mendapatkan solusi, Sandi justru menerima penghinaan dari rekan kerjanya. Salah satu pejabat di Damkar Depok yang menghina kondisi anaknya.

“Yang buat saya sakit hati itu, ketika mereka bilang saya orangnya frontal dan sok jagoan. Bahkan, mereka menghina anak saya, ‘siapa suruh lu punya anak bengek’,” ungkap Sandi dengan nada emosional.

Cerita Sandi mencerminkan pengalaman pahit dan tekanan yang dialami selama bekerja di Damkar Depok, yang akhirnya memuncak pada ketidakpuasan dan keluhannya terhadap sistem yang tidak berpihak pada pegawai lemah.

Kini, Dinas Damkar Depok tidak memperpanjang kontrak kerja Sandi yang tertuang dalam Surat Keterangan Kerja, Kamis (2/1/2025) dengan nomor 800/140/PKTT/PO.DAMKAR/I/2024.

Dalam surat tersebut, petugas atas nama Sandi Butar Butar tidak diperpanjang kontraknya setelah sembilan tahun lebih bekerja.

“Masa kerja sejak 10 November 2015 sampai dengan 31 Desember 2024. Alasan berhenti (yaitu) tidak diperpanjang kontrak,” mengutip isi surat, Senin.

Surat itu ditandatangani langsung oleh Plt Kepala Bidang Pengendalian Operasional Kebakaran dan Penyelamatan Tesy Haryanti.

Tesy menerangkan, salah satu indikator atas keputusan ini dilihat dari hasil evaluasi kinerja Sandi selama setahun terakhir.

“Kalau kerja setahun ternyata tidak menarget atau tidak ada alasan-alasan tertentu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, ya mohon maaf,” ungkap Tesy.

“Dan ini memang surat pemberitahuan, bukan pemecatan,” tambah Tesy.

Sumber