Cerita Sopir Angkot Semarang Dapat Rp 6.000 dan Turunkan Penumpang karena Banjir

Cerita Sopir Angkot Semarang Dapat Rp 6.000 dan Turunkan Penumpang karena Banjir

SEMARANG, KOMPAS.com - Jalan Pantura Walisongo di Kota Semarang, Jawa Tengah, kembali viral setelah terendam banjir dalam beberapa waktu terakhir.

Kondisi ini memaksa sejumlah kendaraan sepeda motor berhenti agar tidak mogok di tengah jalan.

Jalan Walisongo, yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kabupaten Kendal, memang dikenal sebagai lokasi langganan banjir, dan banyak warga mengeluhkan permasalahan ini.

Rusmadi (58), seorang sopir angkutan umum yang setiap hari melintas di Jalan Pantura Walisongo, mengaku sering mengalami kerugian akibat banjir yang mengarah ke Terminal Mangkang.

"Pasti ada pengurangan pendapatan. Pernah hanya dapat penghasilan Rp 6.000," kata dia saat ditemui di lokasi pada Selasa (5/11/2024).

Ia menambahkan bahwa menjadi sopir angkutan umum saat ini sangat sulit, terutama dalam mencari penumpang.

"Apalagi waktu banjir," tambah Rusmadi.

Menurutnya, banjir di Jalan Pantura Walisongo sudah menjadi masalah tahunan setiap musim hujan.

Saat banjir, Rusmadi terpaksa menurunkan penumpang karena tidak bisa melintas.

"Akhirnya penumpang itu pilih jalan kaki. Turun, jalan kaki ke tempat tujuan lewat trotoar, karena kalau banjir kan otomatis mobil tidak bisa jalan," keluhnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Joko (60), seorang ojek pengkolan di daerah tersebut.

Ia menyatakan bahwa banjir sudah menjadi langganan sejak puluhan tahun yang lalu.

"Sudah langganan kalau banjir di sini, setiap hujan deras pasti banjir," ungkapnya.

Joko menjalani profesi sebagai ojek pengkolan agar tidak merepotkan anak-anaknya sambil menghabiskan usia senja.

"Itu kalau hujan deras kan banjir, paling berapa jam sudah surut. Tingginya paling 30 sentimeter. Kalau genangan air agak tinggi bisa sampai macet. Motor kadang mogok, truk, tronton juga," tuturnya.

Selain Jalan Walisongo, banjir juga melanda rumah salah satu warga di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Semarang Utara, Ifah (24).

Ifah mengeluhkan dampak banjir yang mengharuskan dirinya mengangkat barang-barang elektronik seperti televisi dan kulkas.

"Kalau banjir itu kita harus sampai naikin barang elektronik kayak TV, kulkas, apalagi aku ada toko kelontong juga," keluhnya.

Banjir di Jalan Pantura Walisongo dan sekitarnya menjadi masalah serius yang terus berulang, menuntut perhatian dari pihak berwenang untuk mencari solusi jangka panjang.

Sumber