China Guyur Subsidi untuk Pembelian Ponsel hingga Alat Pertanian demi Dongkrak Konsumsi
Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah China akan memberikan subsidi lebih banyak untuk produk konsumen dan meningkatkan pendanaan peralatan industri. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah dalam menggenjot konsumsi domestik di tengah tantangan ekspor yang semakin besar.
Menurut pemberitahuan resmi dari perencana ekonomi utama China dan Kementerian Keuangan yang dikutip dari Bloomberg pada Rabu (8/1/2025), konsumen akan mendapatkan subsidi sebesar 15% untuk pembelian ponsel, tablet, dan jam tangan pintar baru di bawah 6.000 yuan ($818).
Manfaat sebenarnya dibatasi hingga 1.500 yuan per orang setiap tahun dengan beberapa pembatasan yang diberlakukan pada jumlah barang yang dapat dibeli orang.
Pemerintah juga akan memperluas jenis peralatan rumah tangga yang memenuhi syarat untuk mendapatkan dukungan negara menjadi 12 dari delapan pada tahun lalu, menurut pengumuman tersebut.
Mesin pertanian baru ditambahkan di bawah peningkatan peralatan industri dan perusahaan-perusahaan di sektor-sektor seperti informasi elektronik dan keselamatan kerja dimasukkan untuk mendapatkan manfaat tahun ini.
Pemerintah China sedang fokus meningkatkan konsumsi yang lebih tinggi tahun ini karena berupaya melawan deflasi di tengah kepercayaan rumah tangga dan bisnis yang menurun.
Ekspor sebagai mesin pertumbuhan juga dapat kehilangan tenaga karena ketegangan perdagangan dengan AS kemungkinan akan meningkat dengan Donald Trump kembali ke Gedung Putih akhir bulan ini.
Dalam sebuah pengarahan pada Rabu, Zhao Chenxin, wakil ketua di badan perencanaan, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, mengatakan program tersebut memainkan peran penting dalam memperluas investasi yang efektif, meningkatkan permintaan konsumen, mempromosikan transformasi hijau, dan meningkatkan penghidupan masyarakat.
"Kami akan memperkuat dan memperluas program tahun ini, dan pertimbangan umum kami adalah untuk meningkatkan skala pendanaan, memperluas produk yang akan didukung, mengoptimalkan mekanisme implementasi, dan memperkuat efek berganda," katanya.
Adapun, investor saham tidak terkesan dengan upaya terbaru tersebut. Indeks acuan CSI 300 dari saham dalam negeri turun 1,5% pada jeda tengah hari, dipimpin oleh perusahaan teknologi informasi. Saham China yang diperdagangkan di Hong Kong juga turun 1,5%.