Curhat Pedagang Kantin SMP di Palangka Raya, Khawatir Bangkrut Imbas Program MBG

Curhat Pedagang Kantin SMP di Palangka Raya, Khawatir Bangkrut Imbas Program MBG

PALANGKA RAYA, KOMPAS.com – Kantin SMPN 3 Palangka Raya tampak sepi.

Muhammad Iqbal (25), salah satu pedagang kantin, duduk termenung di depan kios kecilnya.

Hanya satu-dua siswa yang sesekali mampir membeli camilan ringan.

“Aduh, bagaimana, ya, Mas, sejak beberapa hari ini siswa jarang belanja, sejak ada makan gratis,” ungkap Iqbal sambil melayani seorang pembeli, Kamis (16/1/2025).

Program makan bergizi gratis (MBG) di Kota Palangka Raya, yang mulai berjalan sejak Senin (13/1/2025), disambut hangat oleh para siswa dan orang tua.

Menu sehat yang disediakan pemerintah di jam makan siang tidak hanya meningkatkan asupan gizi para pelajar, tetapi juga membantu menghemat pengeluaran keluarga.

Namun, keberhasilan program ini menyisakan tantangan bagi pedagang kantin sekolah.

Pendapatan Menurun Drastis

Iqbal mengakui bahwa pendapatan kantinnya turun hingga 50 persen sejak program ini dimulai.

“Siswa-siswi yang belanja sangat terasa kurangnya, sedikit sekarang siswa yang berbelanja, sejak adanya program makan gratis,” ungkapnya.

Biasanya, kantin yang dikelolanya mampu menghasilkan Rp 200.000 hingga Rp 300.000 per hari.

Kini, angka itu anjlok menjadi Rp 100.000 hingga Rp 200.000 per hari.

Di kios sebelah, Sandi (50) merasakan hal yang sama.

Ia yang biasanya sibuk melayani siswa di dua waktu istirahat kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk santai.

“Biasanya anak-anak istirahat pertama (pagi) dan kedua (siang) makan di sini, tapi sekarang istirahat pertama saja, istirahat kedua kami tiduran saja (karena tidak ada yang belanja),” tuturnya.

Berharap Dilibatkan

Meski pendapatannya turun drastis, Iqbal dan Sandi tak lantas menentang program MBG yang dirancang pemerintah pusat. 

Keduanya justru mengaku mendukung program MBG ini.

Namun, mereka berharap agar pemerintah turut memberdayakan pedagang kantin sekolah dalam menyediakan konsumsi gratis untuk siswa.

“Kantin mungkin bisa diberdayakan, misal dengan memesan makan bergizi gratisnya lewat kantin, jadi kan ekonomi kami juga berjalan,” ujar Iqbal dengan nada penuh harap.

Sandi yang mengelola kios makanan berat seperti ayam geprek, ayam katsu, dan aneka camilan, mengaku khawatir usaha kantinnya akan bangkrut jika pedagang kantin tidak dilibatkan.

“Sekarang ini zaman apa-apa serba susah. Kami mendukung program ini, tapi kalau terus begini, penghasilan terus menyusut, bingung kami mau makan dari mana,” ujarnya dengan nada lirih.

 

Sumber