Dalam Sehari, Ada 2 Kasus Istri Bunuh Suami, Ada di Makassar dan Bogor
KOMPAS.com - Dua kasus pembunuhan suami oleh istri terjadi Kota Makassar, Sulawesi Selatan dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Selasa (29/10/2024).
Di Kabupten Bogor, sang suami tewas setelah kepalanya dibenturkan lemari oleh istrinya. Sementara di Kota Makassar, seorang dosen menikam suaminya hingga tewas karena cemburu korban selingkuh saat bekerja di Papua.
Dikutip dari Kompas.com, dalam istilah kriminologi, kasus pembunuhan tersebut dikenal dengan istilah familicidae yakni peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga.
Dan berikut kronologi pembunuhan suami oleh istri di Makassar dan Kabupaten Bogor
AN (40), seorang dosen di Makassar menikam suaminya, NB (41) di rumah mereka Kelurahan Bitowa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (29/10/2024).
Sebelum kejadian, mereka berdua sempat terlibat cekcok karena AN curiga suaminya selingkuh saat bekerja di Papua.
Emosi AN masih belum mereda dan ia ke dapur untuk mengambil sebilah pisau yang ia sembunyikan di balik jilbab agar tak terlihat snag suami.
Saat suami tidur, AN menghujamkan pisau dapur ke tubuh suaminya. Korban sempat melawan dengan memeluk istrinya yang masih memegang pisau.
Namun pelukan tersebut semakin membuat AN gelap mata dan menusuk korban kembali untuk ketiga kalinya. NB pun tersungkur dan bersimbah darah.
Nyawanya tak tertolong saat hendak dibawa ke RS Hermina.
Sementara pelaku sempat keluar kamar dan meminta tolong pada sang mertua yang sedang berbaring di sofa. Selain itu pelaku juga keluar mencari anak lelakinya, T yang ada di samping rumah.
Setelah itu, pelaku meminta anaknya, T melihat kondisi ayahnya yang sudah tersungkur dalam kamar. "Coba kau lihat bapakmu di dalam (kamar)," ucap Kapolsek Manggala, Kompol Semuel To’longan, menirukan perkataan AN ke anaknya, T.
T yang masuk ke dalam kamar, pun mendapati ayahnya sudah tersungkur dengan luka tusukan pisau sang ibu. Setelah itu, pelaku berhasil diamankan di Polsek Manggala.
"Pelaku dan korban suami istri, berprofesi berbeda, ada di Papua dan Sulawesi Utara. Pelaku berprofesi dosen di salah satu kampus di Sulawesi Utara (Sulut)," jelas Semuel.
Saat ini, polisi masih belum bisa mengambil keterangan dari pelaku lantaran masih mengalami trauma usai menghabisi nyawa sang suami sendiri.
"Pelaku masih syok, belum bisa dimintai keterangan," tutup Semuel.
Freepik Ilustrasi Pembunuhan.RA, warga Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ditangkap usai membunuh suaminya, Cecen Effendy, Selasa (29/10/2024).
Cecen tewas usai kepalanya terbentur lemari didorong oleh RA
Kasus ini berawal saat Cecen, RA dan anaknya yang balita baru pulang setelah mengunjungi kerabat mereka. Saat itu, suasana masih baik-baik saja dan Cecen sempat membuatkan mi rebus untuk sang istri.
Karena mi kurang matang, RA pun tak mau memakannya hingga memicu pertengkaran di antara keduanya. RA kemudian mempertanyakan kartu ATM berisi gaji Cecen yang selama ini disembunyikan oleh Cecen.
Korban kemudian pergi ke dapur sambil mengatakan ‘ayo kita bunuh-bunuhan aja’, dan mengambil dua bilah pisau dapur.
Cecen kemudian melemparkan pisau ke arah RA yang sedang duduk di tempat tidur. Namun, pisau tersebut terjatuh ke kolong tempat tidur.
Cecen saat itu mencoba mendekati RA untuk menyerangnya menggunakan sebilah pisau dapur lainnya ke arah wajah.
"Karena untuk membela diri dari serangan korban tersebut, akhirnya saksi mendorong tubuh korban dan saksi langsung berlari keluar rumah untuk bersembunyi, sehubungan takut dikejar oleh korban," jelas Kapolsek Cibinong, Kompol Waluyo.
RA sempat heran karena sang suami tak mengejarnya. Setelah 10 menit sembunyi, RA pun memberanikan diri melihat Cecen di dalam rumah dengan mengintip di celah pintu.
Saat itu RA melihat suaminya dalam kondisi tidur miring di depan lemari TV di ruang tengah dengan kondisi hidung mengeluarkan darah. RA pun meminta bantuan tetangganya hingga akhirnya kejadian itu dilaporkan ke ketua RW dan diteruskan ke pihak berwajib.
Berdasarkan keterangan tetangga, RA dan suaminya kerap bertengkar perkara ekonomi.
Menurut peneliti ada empat faktor yang menyebabkan seseorang tega membunuh keluarganya sendiri yakni
- Karekter superior
Orang dengan karakter superior atau mendominasi biasanya selalu menyalahkan pasangan atas permasalahan atau penderitaan yang dirasakannya. Faktor ini biasanya menyebabkan seseorang membunuh anak-anak mereka dan membiarkan pasangannya hidup menderita karena tak bisa mencegah peristiwa tragis itu.
Biasanya, pembunuhan semacam ini terjadi ketika ada masalah di dalam keluarga, seperti akses untuk bertemu anak-anak yang sulit.
- Kecewa
Merasa dikecewakan oleh orang-orang di sekitarnya juga bisa membuat seseorang tega membunuh keluarganya sendiri.
Kasus semacam ini biasanya terjadi jika kekecewaan yang dirasakan sang pelaku terlalu dalam hingga melukai kehormatannya.
- Kepentingan tertentu
Mereka yang melakukan familicidae karena alasan ini biasanya menganggap keluarga adalah perpanjangan dari kesuksesan ekonomi mereka.
Jika keluarga mereka tetap ada di dalam kehidupannya, mereka yakin status ekonomi yang telah mereka bangun akan rusak.
- Paranoid
Pelaku biasanya percaya keluarga dan terutama anak-anak mereka berada di bawah ancaman atau perlu dilindungi. Dalam kasus ini, pelaku menganggap mengakhiri nyawa keluarganya adalah cara untuk melindungi mereka dari ancaman luar.
SUMBER KOMPAS.com (Penulis; Reza Rifaldi, Ariska Puspita Anggraini | Editor Robertus Belarminus, David Oliver Purba, Sari Hardiyanto)