Dampak Erupsi Gunung Lewotobi: Bandara Lombok Diguyur Abu Vulkanik dan 13.166 Warga Mengungsi
KOMPAS.com - Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggar Timur (NTT), memicu kepanikan warga dan mengakibatkan evakuasi besar-besaran.
Ratusan warga di tiga desa di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, yaitu Hikong, Kringa, dan Timutawa, telah dievakuasi ke posko pengungsian di Waigete sejak Selasa (12/11/2024) malam.
“Proses evakuasi masih berlangsung sampai pagi ini, dengan situasi yang masih terkendali,” jelas Ipda Yermi Soludale dari Polres Sikka.
Para pengungsi diangkut menggunakan truk Dalmas Polres, bus Lanal, mobil BNPB, serta kendaraan operasional lainnya.
Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur mencatat, per Selasa (12/11/2024) pukul 20.00 Wita, jumlah pengungsi sebanyak 13.116 orang.
"Sampai dengan tadi malam pengungsi sebanyak 13.116,” ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hironimus Lamawuran saat dihubungi, Rabu (13/11/2024).
Meski demikian, ada sebagian warga tetap bertahan di rumah untuk menjaga harta benda dan ternak.
Mia Hala, seorang warga Desa Kringa, mengungkapkan kepanikan yang terjadi saat suara gemuruh terdengar semalam.
"Tadi malam gemuruhnya mengerikan, rumah bergetar, dan sampai pagi ini masih terdengar,” katanya.
Humas Bandara Lombok 26 penerbangan di Bandara Lombok pada Rabu (13/11/2024) dibatalkan akibat sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT. Selain itu, 14 penerbangan delay.
Sementara itu, erupsi Gunung Lewotobi juga menyebabkan sebaran abu vulkanik yang berdampak luas hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).
Bandara Lombok terpaksa membatalkan 26 penerbangan dan menunda 14 penerbangan lainnya akibat paparan abu vulkanik yang menyebar ke wilayah tersebut.
"Kami tidak bisa memastikan kapan situasi penerbangan akan kembali normal. Maskapai akan memantau pergerakan abu dan kondisi angin,” ujar Arief Haryanto, Stakeholder Relation Manager PT Angkasa Pura I Bandara Lombok.
Serafinus Sandi Hayon Jehadi/Kompas.com Pengendara melintas di jalan trans Larantuka-Maumere tepatnya di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang
Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi mencatat bahwa pada Selasa malam terjadi gempa tremor terus-menerus dengan amplitudo dominan sebesar 37 mm.
Kolom abu yang dihasilkan letusan mencapai ketinggian 1.500 meter di atas puncak. Abu ini tidak hanya menyebabkan pembatalan penerbangan tetapi juga berdampak pada kesehatan para pengungsi.
Hingga kini, lebih dari 12.000 orang mengungsi akibat ancaman erupsi, dan sekitar 869 orang di antaranya mulai menderita berbagai penyakit akibat kondisi posko yang padat.
"Kasus ISPA mendominasi dengan 244 kasus, disusul hipertensi dengan 97 kasus,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka dalam keterangannya.
Selain Kabupaten Sikka dan Flores Timur, sejumlah wilayah di NTT dan NTB mengalami dampak tidak langsung dari erupsi ini, termasuk penundaan acara International Golo Mori Jazz 2024 di Labuan Bajo. Di sisi lain, bandara di Flores, seperti Frans Seda di Maumere, Gewayantana di Larantuka, dan beberapa bandara kecil lainnya juga mengalami gangguan operasional sementara.
Kompas.com/Serafinus Sandi Hayon Jehadu Warga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mengungsi di Desa Lewoingu, Kabupaten Flores Timur. Jumlah pengungsi semakin bertambah seiring meningkatnya aktivitas gunung api tersebut.
Pemerintah daerah bersama BNPB dan Basarnas telah mendirikan posko siaga untuk membantu warga terdampak.
Warga dan wisatawan yang terjebak di beberapa titik dapat mengakses posko dan hotline yang telah disediakan untuk bantuan evakuasi atau informasi lebih lanjut terkait kondisi di lapangan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan rawan bencana untuk tetap waspada dan selalu mengikuti arahan dari aparat setempat.
Berikut ini daftar hotline yang disediakan untuk membantu warga